Sumb photo : usnplash.com


"Woi... malah bengong aja, jadi enggak kita cari rumputnya? ", tanya Sudrun.

" Sebentar Drun.. ", jawab Bejo sambil sibuk menatap layar hape.

"Chat sama siapa?, sibuk bener kayaknya", penasaran Sudrun dengan Bejo.

" Ini lagi cek NIK KTP"

"Memangnya kenapa dengan NIK KTP?, mau pinjol kamu? ", Sudrun berbicara dengan nada sedikit keras dengan ekspresi wajah yang sedikit marah. Sudrun sangat tidak senang temannya melakukan pinjol.

" Bukan, bukan untuk pinjol, cuma sedang cek saja, NIK KTP ku disalah gunakan atau tidak"

" Emang disalah gunakan untuk apa?"

"Disalah gunakan untuk mendukung salah satu pasangan calon independen"

"Oh... yang sedang rame itu ya?, Dharma-Kun atau Dharma Pongrekun-Kun Wardana", Sudrun mencoba memastikan.

" Bukan, bukan itu, kejauhan, itukan di DKI Jakarta sana"

"Terus dimana?"

"Desa kita sendirilah, sebentar lagi kan pemilihan kepala dusun. Jadi, ada yang sengaja menyalah gunakan NIK KTP warga seolah-olah mendukung pasangan kepala dusun tersebut, padahal kita semua tidak pernah merasa memberikan dukungan atau diminta oleh tim pemenangannya untuk mendukung", Bejo sedikit menjelaskan.


"Bagaimana mungkin bisa mereka dapat data-data KTP warga?, tanpa harus datang ke rumah door to door? ", bingung dan tak masuk di akal Sudrun membayangkannya.

" Bisa sajalah, di negeri antah berantah ini semuanya bisa. Bisa jalur lewat orang dalam, bisa nyewa hacker untuk meretas data-data dan bisa juga beli data", kata Bejo dengan muka datarnya.

"Emang ada yang jual data-data warga? ", tanya Sudrun makin penasaran.

" Mungkin saja, kita kan warga awam mana mengerti mengenai jual beli data. Wong situs-situs web pemerintah antah berantah ini saja sering kebobolan sama para hacker, jadi untuk mendapatkan data warga bisa dibilang cukup mudah", ucap Bejo.

"Ah... mana mungkin?, aku lebih percaya itu permainan lewat jalur orang dalam pastinya", bantah Sudrun.

" Priiiit... pelanggaran kamu Drun. Mana mungkin lewat jalur orang dalam. Pejabat-pejabat dinegeri antah berantah kita ini unggul, berintegritas, tangguh, jujur dan tangguh. Itu kemungkinan yang bisa dibilang mustahil", Bejo tidak setuju dengan pendapat Sudrun.

"Terserahlah dari mana datanya, yang aku bingungkan ditengah hiruk pikuk pemilihan kepala dusun diantara beberapa nama yang keluar, tiba-tiba keluar pasangan calon yang sebelumnya tidak pernah kita sangka sama sekali, bahkan asing di telinga kita. Lebih hebatnya lagi sudah lolos verifikasi dan dinyatakan bisa mengikuti pencalonan kepala dusun, benar begitukan beritanya, Jo? ", Sudrun makin lama, semakin penasaran.

" Iya memang begitu beritanya", jawab Bejo singakat.

"Jo.. apa ini hanya siasat dan taktik saja untuk memenangkan calon kepala dusun yang satu itu?, dan calon ini hanya jadi boneka saja agar tidak melawan kotak kosong?", dengan seperti itu kan jadinya demokrasi di negeri antah berantah ini terlihat baik-baik saja dimata warganya", Sudrun kembali menerka-nerka.

"Sudah, enggak usah dipikirkan seserius itu, yang terpenting nomor KTP kita aman, tidak catut dan disalah gunakan"

"Aduh... aku sudah terlanjur overthinking Jo. Jika, memang benar calon pasangan kepala dusun hanyalah boneka dan terbukti menyalah gunakan data KTP, berarti...?, dramanya terbongkar sebelum manggung dong?, jadinya nonton dramanya enggak asyik lagi, karena sudah ada yang spoiler ", masih saja Sudrun penasaran.

" Jadi cari rumput tidak kita?, atau masih mau bahas ini sampai nanti sore", Bejo bangkit dari tempat duduknya.

"Ya.. jadi dong, nanti kambingku kelaparan kalau aku tidak cari rumput", ucap Sudrun yang langsung ikut bangkit dari tempat duduknya juga.

" Nah itu tahu, emangnya calon kepala dusun itu mau ngasih makan rumput kambingmu itu? ", tanya Bejo pada Sudrun yang hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepala. 

Mereka berdua pun berangkat pergi menuju sawah-sawah untuk mencari rumput.