Sumb photo : unsplash.com

Ribut lagi, lagi-lagi ribut. Mungkin itulah yang bisa digambarkan situasinya. Setelah satu masalah selesai, muncul masalah baru lagi. Ada-ada saja. 

Ribut-ribut pemilu sudah selesai, giliran ribut masalah pembunuhan Vina, setelah itu muncul lagi masalah korupsi 271 triliun, belum juga tuntas muncul ribut-ribut masalah inisial T yang membackup judi online. Eh... tahunya masalah satunya muncul lagi yaitu anak anggota DPR bebas setelah menganiyaya kekasihnya. Duh.. masih panas-panasnya masalah itu, tiba-tiba... ribut lagi, lagi-lagi ribut masalah Paskibra yang dilarang menggunakan hijab.

Semakin dewasa, semakin mengerti dan semakin paham kondisi yang terjadi. Namun, semakin pusing juga memikirkannya. Layaknya kondisi dinegeri ini, intensitasnya lebih banyak berita-berita yang membuat gelisah daripada berita yang membuat warganya sumringah.

Hampir setiap hari berita-berita yang membuat resah selalu saja datang silih berganti. Pajak naik, sembako naik, minyak naik, semuanya naik, kecuali penghasilan kita sebagai warga negara enggak naik-naik.

Pantas saja kalau kita sebagai wong cilik teriak-teriak, tapi tahu sendirilah, meskipun kita sudah ribut-ribut dan terus ribut-ribut lagi, tetap saja mereka tidak mendengar. Bagaimana mau mendengar?, mereka saja lagi ribut-ribut sendiri. Ribut bagi-bagi kursi, ribut-ribut cari merebut partai, ribut-ribut ambil jatah pokoknya.


Ibarat tetangga kita yang ribut-ribut, kita ini cuma bisa mendengar gaduhnya, suara berisiknya dan bagian yang enaknya mereka sendiri yang menikmati. Seperti itulah kira-kira, kita ikut pusing lihat orang-orang diatas ribut-ribut terus, bikin gaduh dan bikin sesuatu yang diluar nalar, kita hanya bisa geleng-geleng kepala saja. Giliran yang enak-enak mereka diam-diam.

Dinegeri antah berantah ini, setiap hari memang ada saja keributannya. Kurang afdol sepertinya jika hari-hari tanpa ada keributan. Ribut-ributnya kalau masalah kesejahteraan masih enak, ini ribut-ributnya terkadang masalah urusan mereka sendiri. Rakyat?, paling hanya sekian puluh persen saja prioritasnya.

Lebih mirisnya lagi, karena negeri antah berantah ini suka ribut-ribut baik dari atas sampai bawah akarnya, membuat orang-orang dari luar negeri enggan berinvestasi di negeri ini. Namanya juga orang mau buka usaha, tentu cari tempat yang aman dan nyaman dong.

Di negeri antah berantah yang konon kaya akan sumber daya alam dan terkenal dengan secuil tanah surga ternyata tidak mampu membuat orang yang hidup disana menjadi sejahtera. Entah salah siapa?, entah salah kelola?, entahlah?, para pengelolanya sibuk mengurusi bagiannya sendiri-sendiri. Rakyatnya hanya dibiarkan ribut mengurusi banyak hal yang seharusnya tidak perlu ikut dalam keributan itu. Sehingga, diam-diam mereka leluasa membagi-bagi hasil dalam ruang-ruang gelap yang tidak satu pun rakyatnya yang mengetahui.

Bungo, 16 Agustus 20224