Aku ingin datang di setiap pagimu,
agar kau bisa memetik senyumku.
Tapi... aku tak pantas untukmu.
Bukan, aku memilih pagi yang lain.
Tidak. Kau lebih pantas bersama yang lain.
Selain, aku...
Aku ingin kembali pulang mendekapmu erat.
Sebentar saja sebagai pengobat rindu,
yang sudah stadium empat.
Tapi... aku tak pantas untukmu.
Langkah kakiku tak lagi kuat.
Memasuki pekarangan rumahmu.
Wajahku pucat. Aku malu.
Pernah melukaimu.
Lupakan aku. Karena, aku tak akan..
Tak akan lagi mengetuk pintu rumahmu.
Kau harus bisa mempersilahkan.
Seseorang yang bukan aku.
Semua salahku, bukan salahmu.
Aku yang ingkar dan meninggalkan.
Sebab, aku tak punya pilihan.
Bersamaku, kau kan tambah terluka.
Bersamaku, kau kan terus meneteskan air mata.
Maafkan aku yang memilih lain jalan,
dan kisah kita cukup sampai di persimpangan.
Meski, rindu dan rasaku padamu...
masih tersimpan rapi, dalam hati.
Kisah ini harus kita sudahi.
Andai aku bisa memilih?.
Kaulah yang ku pilih.
Tapi, aku tak punya pilihan,
untuk menentukan jalan.
Bungo, 26 Januari 2019
0 Comments
Post a Comment