Ada banyak tuduhan, ada banyak prasangka buruk dan ada banyak pula yang tidak setuju dengan Beliau. Luka, penghinaan, sumpah serapah dan segala macam umpatan tidak menggeser sedikit pun kecintaan Beliau kepada umatnya. Tidak ada sedikit pun ruang kebencian yang ada dalam diri Beliau. Beliaujuga tidak pernah punya dendam walaupun itu kepada orang yang memusuhinya.
Beliau adalah representasi manusia yang sempurna. Bagaimana tidak?. Jika, bapak manusia yaitu Adam saja tercipta dari nur-nya. Nur Muhammad yang sungguh agung dan mulia. Beliau merupakan sosok se sempurna-sempurnanya manusia. Adakah manusia yang lebih sempurna darinya?. Tentu, tidak ada, yang ada hanyalah orang yang secara tidak sengaja, diam-diam, antara sadar dan tidak sadar, bahkan ada yang terang-terangan seolah merasa paling sempurna.
"Beliau adalah manusia yang sempurna dan patut menjadi suri tauladan bagi seluruh manusia", ucap Mbah Saberang dengan tegas kepada Bejo yang baru kemarin belajar Iqro' jilid satu. "Apakah kehadiran Beliau didunia ini sebagai rahmat untuk semesta?", Bejo memberanikan diri bertanya.
Mbah Saberang tersenyum mendengar pertanyaan itu sembari asyik menganyam bambu untuk dijadikan kipas. Mbah Saberang dan Bejo duduk berhadapan dibawah rimbunan bambu yang ada dibelakang rumah. Pertanyaan Bejo dianggap wajar saja bagi Mbah Saberang, karena rasa penasaran Bejo yang memang sedang tahap belajar. Hal ini justru bagus untuk Bejo sendiri, pun Mbah Saberang lebih mudah untuk memberikan pengetahuan kepada Bejo.
"Mungkin jawaban Si Mbah nanti bisa saja kurang pas atau nanti jika kurang lengkap penjelasannya bisa bertanya lagi pada Yai Bagus yang lebih pakem ilmu agamanya. Soalnya Mbahmu ini hanya sekedar santri langgaran", kata Mbah Saberang sebelum menjawab pertanyaan Bejo. Bejo yang sedang membantu memotong bambu terlihat manggut-manggut.
"Ah... Mbah itu, selalu begitu. Aku ingin tahu jawaban dan penjelasan Mbah dulu. Kalau, langsung tanya sama Yai Bagus belum punya keberanian aku", dengan santai Bejo menanggapi.
"Yo wes... Sedikit saja aku memberi penjelasannya. Aku sebenarnya belum pantas untuk menjelaskan perihal ini. Pertanyaanmu itu kurang tepat dan sama sekali tidak tepat", Bejo terhenyak mendengar perkataan Mbah Saberang, "jauh sebelum adanya alam semesta ini Allah sudah lebih awal menciptakannya yaitu nur Muhammad dari Nur-NYA. Baru kemudian Allah menciptakan alam semesta yang semuanya berasal dari nur Muhammad yang merupakan kekasih-NYA. Jadi, disitu ketidaktepatan pertanyaanmu yaitu diawal diciptakannya nur Muhammad saja sudah menjadi rahmat bagi semesta. Apalagi, kehadirannya didunia sudah pasti jelas dan terang bahwa beliau adalah rahmat bagi alam semesta, sebab beliau sendirilah rahmatan lil 'alamin itu", jelas Mbah Saberang sambil terkekeh mencoba kipas anyaman bambu yang setengah jadi.
Bejo malah cengar-cengir mendengar penjelasan Mbah Saberang. Bejo ingin mengucapkan sesuatu, namun dengan cepat Mbah Saberang segera menyergap, "Eits...jangan tanya ada dalilnya atau tidak?. Saya sudah bilang tadi cuma santri langgaran yang dalam belajarnya memakai metode jiping, ngaji modal kuping", Mbah Saberang semakin terkekeh. Akhirnya Bejo mengurungkan niatnya untuk mempertanyakan hal tersebut.
"Urusan dalil itu urusan Yai Bagus, jika kamu ingin tahu lebih baik kesana. Setelah dari sana jangan lupa kemari lagi, kalau salah Mbahmu ini silahkan koreksi", Mbah Saberang sembari kipas-kipas dengan kipas baru yang selesai dibuatnya.
"Gini Mbah", Bejo ingin menegaskan pertanyaannya. "Sek...sek...sek... diminum dulu kopinya", pinta Mbah Saberang. Keduanya pun hampir serentak nyeruput kopinya. "Monggo... dilanjut", kata Mbah Saberang mempersilahkan setelah usai minum kopi.
"Mbah tadi sudah menjelaskan bahwa alam semesta ini diciptakan Allah berasal dari nur Muhammad dan itu bagiku baru tanda awal rahmat lil 'alamin dari baginda Nabi. Adakah hal lainnya terutama saat beliau terlahir ke dunia ini?", Bejo masih belum puas mendengarkan penjelasan Mbah Saberang.
Bukannya menjawab pertanyaan Bejo malah Mbah Saberang tertawa terbahak-bahak. Melihat Mbah Saberang tertawa, Bejo merasa heran sambil garuk-garuk kepala. "Adakah ada yang salah dari pertanyaanku?", Bejo bingung dan agak ngambek dengan sikap Mbah Saberang.
"Lho...?, jangan ngambek dulu. Wong, tadi sudah ditegaskan, alam semesta ini diciptakan Allah berasal dari nur Muhammad yang merupakan Kekasih-Nya. Jika, Allah tidak menciptakan nur Muhammad, bisa saja alam semesta ini tidak ada. Karena, Allah berhak menciptakan atau tidak menciptakan. Terkait apakah kehadiran Beliau di dunia membawa rahmat bagi semesta?, jawabannya ya pasti. Bahkan, sejak dalam kandungan ibunya, Aminah tanda-tanda rahmat itu jelas terasa. Ibu Aminah saat mengandung Beliau tidak merasakan sakit-sakit. Tanah Makah menjadi subur, hujan yang mendadak turun setelah lama dilanda kemarau panjang dan banyak lagi tanda-tanda yang saling menguatkan bahwa Beliau adalah rahmat bagi semesta", Mbah Saberang menjelaskan secara perlahan-lahan.
Cerita Bejo lainnya :
"Dalam kitab maulid juga dikisahkan, Beliau dilahirkan dalam keadaan telah terkhitan, mata beliau indah bercelak, tali pusarnya telah bersih terpotong. Semua berkat kuasa kodrat Ilahi", lugas Mbah Saberang mengisahkan.
Mbah Saberang berhenti sejenak untuk nyeruput kopinya yang mulai dingin. Kemudian, ia berkata" Pernahkah engkau mendengar cerita kehadiran Sayyidah Maryam yaitu ibunda Nabi Isa AS dan Sayyidah Asiyah, istri Firaun yang juga ibu angkat Nabi Musa dan bidadari-bidadari surga saat kelahiran Rasulullah SAW?, terkisahkan berbagai peristiwa ganjil yang menghiasi malam kelahiran beliau, seperti retaknya Istana Kerajaan Persia, banjir bandang yang melanda Lembah Samawah di Gurun Sahara, padahal sebelumnya belum pernah ditemukan air setetes pun; serta cahaya terang benderang di atas kota Makkah dan sekitarnya. Masihkah kurang cukup bagimu tanda-tanda kelahiran beliau sebagai sang utusan pembawa rahmat untuk semesta?. Tidakkah engkau pahami akan tanda-tanda kebesaran itu?".
"Menurut Yai Bagus, saat aku ikut nongkrong di emperan masjid setiap malam jum'at dalam kitab Al-Barzanji juga menceritakan kondisi bayi Muhammad sesaat setelah kelahirannya. Nabi lahir ke dunia dalam keadaan meletakkan kedua tangannya ke bumi seraya menengadahkan wajahnya ke arah langit yang tinggi sebagai penanda ketinggian kedudukannya dan keluhuran budinya. Masih belum cukupkah bagimu, bahwa beliau diutus kedunia adalah sebagai rahmat untuk semesta?. Masihkah engkau mempertanyakan dan ragu bila beliau memanglah rahmat untuk semesta?. Masihkah engkau berani bilang beliau tidak bisa mewujudkan rahmat bagi semesta?”, Mbah Saberang suaranya agak serak saat bercerita.
Bejo hanya tertunduk tanpa menjawab sepatah kata pun. "Tanda-tanda kebesaran beliau sebagai rahmatan lil 'alamin tak akan ada habisnya untuk dikisahkan. Itu sedikit saja tentang beliau sejak sebelum dan saat-saat kelahiran beliau. Sungguh ikan-ikan di lautan, pohon-pohon, bintang gemintang, dan seluruh isi alam berbahagia menanti kehadiran beliau. Sepanjang hidupnya banyak kisah yang bisa kita teladani dari kehidupan beliau. Aku tak ingin mengisahkan semuanya kepadamu, karena aku tak mungkin mampu. Pengetahuanku baru sebatas seujung kuku. Maka, datanglah kepada Yai Bagus, belajarlah ke pesantrennya, mumpung engkau masih muda, niscaya engkau akan tahu betapa mulianya, betapa agungnya dan betapa indahnya pribadi beliau, Nabi Muhammad SAW", terang Mbah Saberang sembari mengoyang-goyang cangkir kopinya, yang sudah tersisa ampasnya saja.
"Tapi, Mbah...", lirih Bejo bersuara. "Sudah, jika dalam hatimu masih banyak keraguan bahwa beliau adalah utusan Allah SWT yang membawa rahmat untuk semesta, lebih baik kamu segera berangkat dan bergegas belajar kepada Yai Bagus", sahut Mbah Saberang.
"Tapi, Mbah..." ujar Bejo mengulangi. Mbah Saberang dengan cepat langsung berkata,"tidak usah pakai tapi dan tapi, cepat pergi mengaji dan perbanyaklah shalawat, niscaya hatimu tenang dan menemukan sesuatu yang indah dari kisah beliau".
"Tapi, Mbah... aku bukan sedang ingin mempertanyakan ataupun melakukan penolakan atas penjelasan, Mbah... Tapi, Mbah...aku hanya ingin menyampaikan bahwa sebenarnya waktu sudah kian sore dan kopi ku sudah habis. Maka, aku ingin segera berpamitan pulang, tapi Mbah ceritanya enggak habis-habis dari tadi", ungkap Bejo atas kesalahpahaman yang terjadi. Sedang, Mbah Saberang terkikih mendengar hal itu. "Yo wes... cepat sana pulang", perintah Mbah Saberang kepada Bejo.
Bungo, 08 Februari 2018
0 Comments
Post a Comment