"Masa lalu jangan dipermasalahkan dan dipersalahkan. Masa lalu pun tak boleh begitu saja berlalu. Sudah sepatutnya masa lalu dijadikan pelajaran untuk masa depan, agar kedepan tidak terjatuh lagi dalam kesalahan".

                 ****************************

Kita adalah manusia-manusia yang selalu haus, bahkan rakus. Manusia yang tidak pernah merasa puas akan segala sesuatunya. Seberapa pun yang diberikan akan selalu dikatakan kurang. Kurang ini dan kurang itu. Manusia memang tercipta sebagai makhluk yang paling sempurna. Bahkan, saking merasa sempurnanya manusia merasa sempurna dari pada manusia lainnya. Lebih celakanya lagi ada pula yang merasa dirinya melebihi sempurnanya Tuhan. Sehingga, mereka pun saat diberikan kekuasaan kewenangannya melebihi kuasa Tuhan. Itulah sekelumit gambaran tentang manusia.

Wajar saja jika ada orang yang dengan begitu gampangnya mempersalahkan orang lain. Maka, dari situ cerita tentang seorang ayah yang menunggangi keledai beserta anaknya perlu kita baca kembali berulang-ulang. Ada dua hal yang perlu kita garis bawahi dari sepenggal kisah tersebut. Pertama, apa pun yang kita perbuat dan sebaik apa pun itu akan dipersalahkan. Oleh karena itu, jangan pernah takut dalam berbuat. Kedua, mereka yang selalu menyalahkan. Hal kedua inilah yang mungkin selama ini tidak pernah kita sadari. Kita sangat pandai menyalahkan orang lain, merasa paling tahu, paling benar dan paling sempurna. Padahal, kita hanya berpangku tangan saja, tanpa berbuat apa-apa.

Ternyata perilaku menyalahkan orang lain itu merupakan perilaku yang terus kita rawat dari waktu ke waktu, dari nenek moyang hingga anak cucu, dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi. Kita benar-benar tidak pernah belajar dari peristiwa masa lalu itu, padahal kisah tentang seorang ayah dan anak yang menunggang keledai itu sering kita dengar.

Pratik-pratik menyalahkan masih tumbuh subur ditengah-tengah kehidupan kita. Apakah perilaku menyalahkan itu timbul karena kita paling benar atau disebabkan hal lain yaitu rasa ketidakpuasan terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang lain?. Yang jelas, faktanya dinegeri ini kita masih terus menyalahkan orang lain.

Itu terbukti kita sebagai rakyat sampai saat ini masih terus menyalahkan presiden-presiden terdahalu, bahkan presiden sekarang. Semuanya salah, semuanya punya kesalahan. Kita tidak pernah mau mengakui bahwasanya sebenarnya masih ada kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan. Mata kita buta. Telinga kita tuli. Indra perasa kita tidak peka. Kita terus menyalahkan presiden yang telah lalu, padahal itu adalah masa lalu. Namun, kita tetap saja ngotot yang terjadi sekarang adalah akibat dari masa lalu. Kita mempermasalah pemimpin masa lalu. Presiden yang sekarang seolah harus menanggung beban masa lalu. Disisi lain kita menyalahkan warisan-warisan masa lampu, disatu sisi kita juga menyalahkan era reformasi, era masa kini. Kita salahkan era reformasi, karena banyak hal disegala bidang semakin darurat. Sedang, Presiden diera reformasi sendiri juga menyalahkan masa lampau yang dituduh mewarisi kesalahan-kesalahan itu.

Orde lama, orde baru dan era reformasi sesungguhnya adalah sekedar nama zaman. Bangsa ini masih jalan ditempat. Tidak ada perubahan-perubahan yang terjadi pada bangsa ini, yang berubah hanyalah pemegang kuasanya. Bangsa ini, sampai saat ini belum merdeka dalam arti yang sebenarnya dan masih terjajah dalam arti yang sesungguhnya. Bangsa ini belum bisa menjadi bangsa yang maju. Sebab, pemegang kuasa dan rakyatnya masih sibuk mempermasalahkan dan menyalahkan masa lalu. Saling tuduh menuduh terhadap para pemegang kuasanya. Saling ribut, ini salah pemimpin terdahulu, ini warisan-warisan kesalahan-kesalahan masa lampau. Kita tidak pernah belajar dari kesalahan itu, tidak mau dan enggan memperbaikinya. Kita tidak mau dipersalahkan dan tidak bisa move on.

Tentu kita sepakat bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu sejarahnya. Bukan bangsa yang menyalahkan sejarahnya. Disetiap bangsa pastilah mempunyai sejarah panjang baik dan buruknya. Namun, bangsa itu membongkar, menelusuri, mengkaji dan mempelajari sejarahnya. Kalau pun, ada hal yang salah yang dicari adalah apa yang salah, bukan siapa yang salah. Ini dilakukan agar para generasi bangsanya tidak menanggung kesalahan-kesalahan masa lampau. Pun kesalahan-kesalahan sejarah itu dijadikan rujukan supaya tidak terjadi kesalahan yang sama.

Maka, jika kondisi bangsa sekarang ini yang sedang dalam keadaan darurat, bukan berarti disebabkan oleh kesalahan-kesalahan masa lalu. Namun, itu dikarenakan orang-orang yang berkuasa saat ini tidak menjadikan kesalahan-kesalahan dimasa lalu sebagai pelajaran. Mereka merasa paling benar, tidak mau bertanggung jawab dan berlindung dibelakang meja sembari menunjuk-nunjuk kesalahan dimasa lalu adalah biang keladinya. Padahal, disetiap pergantian pemimpin ke pemimpin selanjutnya seharusnya sudah siap menerima, bertanggung jawab dan membenahi kesalahan-kesalahan pemimpin sebelumnya.

"Aku berbicara panjang lebar seperti ini bukan dalam rangka membela pemimpin-pemimpin bangsa ini, apalagi mengkultuskan mereka. Bukan, berarti pula mereka selalu benar atau tidak punya cacat cela kesalahan. Mereka hanya manusia biasa, yang pastinya segala kebijakan yang telah diambil adalah yang terbaik untuk membangun dan memajukan negeri ini, walaupun akan selalu ada orang yang mencerca disetiap zamannya. Tentu, pemimpin masa lalu ada saja kesalahannya dan sudah kewajiban tanggung jawab pemimpin berikutnya untuk membenahi. Jika, ternyata kondisi bangsa ini tidak kunjung berubah, tetap berjalan ditempat, mungkin kitalah -baik penguasa dan rakyatnya-yang salah, karena tidak pernah belajar dari masa lalu. Revolusi mental dari penguasa hingga rakyat jelata menjadi penting agar tidak terus menerus larut mempermasalahkan dan mempersalahkan masa lalu. Pun supaya pergantian era bukan sekedar pergantian nama belaka. Seperti halnya, dipergantian tahun hijriyah ini tidak menjadi pergantian tahun semata, namun kita dengan sungguh-sungguh benar-benar berhijrah", ucap Mbah Saberang kepada Ki Lurah Tejo mengakhiri perbincangan dimalam ini.

Sedang, Bejo telah terdengar mendengkur keras, lelap tertidur sejak perbincangan baru saja dimulai. Mbah Saberang dan Ki Lurah Tejo tidak mempermasalahkan dan menyalahkan Bejo, walaupun sedikit berisik dan agak mengganggu. Mbah Saberang dan Ki Lurah Tejo tidak marah dan membangunkan Bejo, sebab mungkin dia kelelahan setelah seharian bekerja sehingga tidur adalah hal terbaik untuknya. Sampai-sampai Bejo pun tidak tahu ditinggal tidur sendirian diemperan masjid.

Bungo, 09 Oktober 2016