Seperti biasa Bejo duduk santai didepan pos ronda menunggu teman-teman nongkrongnya. Nongkrong bersama teman-teman merupakan salah satu cara bagi Bejo untuk menghilangkan penat setelah seharian bekerja tanpa lelah.

Sudrun kemudian datang, disusul juga oleh teman-teman yang lainnya. Mereka memang suka kumpul di pos ronda, untuk sekedar bercengkrama. Hal ini menjadikan mereka akrab antar sesama tetangga, tidak individualis.

Berbeda dengan kehidupan orang-orang modern yang lebih individualis, dengan tetangga saja kurang akrab, bahkan ada tetangga yang tidak mengenalnya.

Bagi orang-orang modern merasa menjaga privasi itu sangat penting, saking privasinya mereka tidak ingin tahu apa yang terjadi dengan tetangganya, khawatir dikira kepo.

"Drun... kamu tahu enggak berita hari ini?", tanya Bejo. 

" Berita apa emangnya Jo..? ", Sudrun bertanya balik kepada Bejo.

" Itu... berita dua orang meninggal didalam rumah sampai jadi kerangka", jawab Bejo.

"Oalah... berita itu, emangnya kenapa Jo dengan berita itu? ", sahut Kang Sukirman sambil menghisap rokok tingwe nya. Sedangkan Ipung dan Mamet hanya menyimak saja.

Sumb photo : unsplash.com

" Ya... heran saja, manusia makin modern makin individualis. Banyak berita-berita seperti itu, menandakan orang-orang modern banyak yang apatis. Jiwa keponya enggak ada sama sekali. Masak rumah di tengah-tengah padatnya pemukiman tidak ada satupun yang tahu, jika penghuni rumah tersebut meregang nyawa?", Bejo menjelaskan penuh semangat yang membuat obrolan ditongkrongan semakin gayeng. 

"Bener banget, memangnya mereka tidak merasa kehilangan apa?, atau merasa curiga gitu?, tetangganya yang biasanya mondar-mandir tiba-tiba menghilang", Sudrun berpikir secuek apa orang-orang modern terhadap tetangganya, sampai ada tetangganya yang meninggal mereka tidak ada yang tahu.

"Iya masak jadi tetangga tidak ada kepo-keponya? ", Ipung mempertanyakan kredibilitas para tetangga yang sangat apatis, sampai tidak tahu tetangga disebelah rumahnya meninggal.

"Mau gimana lagi?, nanti jadi tetangga kepo dikira tidak menghormati privasi orang lain. Selalu ingin tahu urusan orang lain dan bla bla bla lah, repot juga kan jadi tetangganya", Mamet menolak pendapat Ipung yang mengatakan menjadi tetangga harus kepo.

" Bener Pung.. aku setuju, mungkin saja orangnya kurang bersosialisasi, bisa jadikan?", Sudrun menambahi.

"Bisa saja faktor keduanya, orangnya kurang bersosialisasi dan tetangganya yang apatis. Kadang tetangganya juga apatis karena dalih menghormati privasi orang lain. Privasi memang penting, tapi kepo-kepo dikit boleh lah, asal jangan sampai menganggu", Bejo menambahi.

"Serba salah ya ternyata kita hidup ini?, diam saja bisa salah", Sudrun geleng-geleng kemudian menyulut rokok yang sudah ada di mulutnya.

" Makanya itu... penting untuk tokoh masyarakat untuk membuat  sistem warganya bisa saling bersosialisasi antara satu sama yang lainnya", ujar Mbah Saberang yang baru saja datang dan duduk disamping Ipung.

"Sistemnya seperti apa Mbah?, mengatasi agar masyarakat yang apatis bisa berubah menjadi lebih peduli lagi dengan masyarakat yang ada disekitarnya?", Bejo penasaran dan ingin tahu solusi dari Mbah Saberang.

" Dibuat saja kegiatan masyarakat, seperti gotong royong, bersih-bersih lingkungan, yasinan, tahlilan atau kegiatan ronda, bisa juga kopdar yang penting antara masyarakat bisa saling berkomunikasi, sehingga dengan sendirinya timbul kepedulian diantara mereka ", Mbah Saberang mencoba memberikan gambaran pada Bejo dan teman-temannya.

" Tapi.. Mbah?, jika memang dasarnya orang mau ngumpul dan senang bersosialisasi enggak perlu buat acara-acara seperti itu, kayaknya sekarang yang kita lakukan ngumpul dan ngobrol dipos ronda ini", bantah Bejo.

"Benar, Mbah... apatis atau tidaknya tergantung orangnya. Mereka yang apatis, memang begitu, sudah setelan pabrik", Sudrun setuju dengan pendapat Bejo.

" Nah... itu... "

"Itu apa Mbah? ", dengan wajah bingung Sudrun bertanya.

" Kopi Mbah? ", sambil mengambil gelas Ipung segera menuangkan kopi ke dalam gelas. Ipung sadar Mbah Saberang belum disuguhi kopi.

" Bukan kopi Pung", seloroh Mbah Saberang.

" Terus apa Mbah? ", sekarang Ipung ikut bingung seperti Bejo dan Sudrun.

" Ini mengenai apatis. Tadi Bejo sudah bilang mengenai orang apatis dan tidak mau bersosialisasi dengan tetangganya berdalih yang semua mereka lakukan karena menghormati privasi orang lain ", jawab Mbah Saberang.

" Oleh karena mereka yang apatis tidak punya inisiatif sendiri untuk datang, ngumpul dan nongkrong dipos ronda. Lewat kegiatan itulah mereka mau tidak mau akhirnya bisa ngumpul, meskipun hanya seminggu sekali, setidaknya mereka yang apatis perlahan-lahan pasti bisa membuka komunikasi ", Mbah Seberang terus menjelaskan kepada Bejo dan teman-temannya.

Bejo dan teman-temannya serius menyimak, kecuali Mamet yang sedari tadi hanya sibuk makan kacang rebus, tidak peduli dengan obrolan yang sedang dibicarakan, ia hanya asyik nyeruput kopi dan asyik makan kacang rebus. Tidak apa-apa yang penting Mamet tidak menjadi kumpulan mereka yang apatis.

Bungo, 12 Agustus 2024