![]() |
Sumb Photo : unsplash.com |
Kadang kami nongkrong bareng di kantin sekolah atau tidak sengaja kami bertemu di perpustakaan, atau bahkan dilorong jalan sekolah, meski kadang hanya tatapan mata saja jantungku rasanya berdebar-debar, ada sesuatu kebahagiaan tersendiri yang tidak bisa dikatakan.
Siang itu handphoneku berbunyi, saat aku sedang santai mendengarkan Kak Lili sedang on air. Aku bergegas meraih handphone yang sedang dicas di atas meja.
"Assalamu'alaikum, Mas.. ", sapa ibuku di ujung telepon.
" Walaikumsalam bu... ", lirih aku membalas sapaan ibu.
" Bulan depan sudah ujian semester kan Mas? ", ibuku bertanya ingin tahu.
" Iya bu... emang kenapa bu? "
"Lho kok emang kenapa?, Mas sudah lupa ya?, katanya mau pindah sekolah. Sesuai janji ayah sama ibu setelah ujian semester mindahin sekolah kamu didekat rumah, biayanya sudah dikumpul dan bapak mau cari informasi juga di sekolah terdekat. Mas maunya di sekolah mana?", ucap Ibu menjelaskan.
"Bu.. "
"Iya Mas... ", sahut ibu.
" Mamas sepertinya enggak usah pindah bu, di sini saja. Lagian enggak bagus kan pindah-pindah sekolah. Nanti ayah sama ibu ngeluarin banyak biaya pendaftaran lagi dan lainnya", kataku yang tidak tega, aku sebenarnya sudah lupa dengan permintaanku untuk pindah sekolah, semenjak kehadiran Kak Lili dalam hidupku duniaku sudah berubah dan aku disini rasanya sudah betah.
" Enggak usah dipikirkan yang penting Mas bisa sekolah dengan tenang dan nyaman. Masalah biaya enggak usah dipikirkan. Tapi, jika memang Mas sudah betah di sana justru bagus. Ibu tahu pasti bukan masalah biaya, ada sesuatu di sana ya...? ", kata ibuku sambil meledek.
" Enggak ada apa-apa bu... Ya kan Mamas sudah akrab dengan teman-teman dan cocok bergaul sama mereka, itu yang membuatku betah sekolah di sini", jawabku meski sebenarnya aku berbohong, alasan terbesarku karena aku tidak mau jauh dari idolaku, Kak Lili.
"Ya sudah, syukurlah kalau gitu.. Nanti ibu omongin sama ayah, sudah dulu ya mas.. Hati-hati dan jaga diri baik-baik, assalamu'alaikum... ", ucap Ibu mengakhiri telepon.
" Iya bu, walaikumsalam... ", jawabku.
Baca Juga :
Entah kenapa?, aku sudah tidak lagi ingin pindah sekolah. Padahal, waktu awal-awal aku ingin cepat pindah sekolah. Kak Lili telah mengubah sudut pandangku dan merubah duniaku. Apakah aku diam-diam suka padanya?, jawabnya tentu saja tidak. Aku hanya sekadar mengagumi saja sebatas fans pada idolanya.
Siang itu saat semua sudah pulang sekolah, aku masih menunggu angkot datang di halte bus bersama dengan teman-teman yang lainnya. Jarak kos ku ke sekolah agak lumayan jauh.
"Hai... Ken... ", sapa Kak Lili yang menghampiriku dengan sepeda motor maticnya.
" Hai... Kak.. ", jawabku agak sedikit gugup.
" Lagi nunggu angkot? "
"Iya kak.. "
"Ayo bareng kakak saja, sekalian"
"Enggak usah kak, aku naik angkot saja kak", aku menolak karena tidak enak dan khawatir merepotkan.
" Udah ayolah... ", respon Kak Lili yang turun dari motor terus menarik tanganku. Aku tentu saja malu dipandangi banyak orang, akhirnya aku menurut saja membonceng Kak Lili.
Kami berdua berjalan berkeliling di alun-alun, kemudian Kak Lili mengajakku makan siang di lesehan ayam bakar. Sekali lagi, aku hanya ikut saja apa kemauan Kak Lili. Jujur aku juga tidak tahu apa alasan Kak Lili tiba-tiba mengajakku jalan hari ini.
"Maaf kak, tumben kakak enggak siaran dan malah ngajak aku jalan-jalan", agak takut sebenarnya menanyakan hal ini.
" Loh, hari ini hari apa? ", Kak Lili bertanya balik.
" Hari sabtu kak", jawabku ragu.
"Itu tahu kamu, setiap hari sabtu kan jadwal siaranku nanti malam. Katanya kamu fans aku, harusnya kamu tahu dong..."
"Wah... lupa aku kak, soalnya masih nervous. Enggak ada angin enggak ada hujan, kakak hari ini ngajak aku jalan", sahutku dan masih belum percaya diantara banyaknya teman Kak Lili, kenapa harus aku?.
" Pengen jalan-jalan aja daripada enggak ada teman, soalnya sudah aku hubungi semua teman-temanku enggak ada yang bisa, untung ada kamu yang bisa nemenin ", kata Kak Lili menjawab rasa penasaranku.
Kami berdua pun asyik bercanda ria dan saling mengenal satu sama lain. Setelah makan kami juga masih duduk menlanjutkan ngobrol panjang lebar sembari menikmati kopi. Tak ku sangka ternyata Kak Lili adalah seorang perokok dan penikmat kopi hitam pahit. Sungguh ini diluar ekspektasiku. Kak Lili cantik dan anggun, namun ternyata punya sisi yang berbeda.
"Rokoklah, kalau mau merokok", Kak Lili menawariku lalu menghisap rokoknya dalam-dalam.
" Enggak kak, aku enggak merokok ", kataku.
" Bagus, kelakuanku. Aku jika enggak merokok dan minum kopi pusing rasanya kepalaku, apalagi pas jadwal siaran malam hari, duh... enggak bisa... enggak bisa... tanpa rokok dan kopi", ucap Kak Lili menjelaskan.
Awalnya aku kaget, tapi ya sudahlah... jalan dan cara orang berbeda-beda dalam menikmati hidup. Aku sebenarnya sudah terbiasa dengan perempuan merokok, tetanggaku Mbah Yem juga perokok berat, rokok filter dan kretek bagi beliau tidak terasa. Tingwe hasil racikan tangan sendirilah yang baru dirasa pas. Aku hanya kaget saja dan tidak membayangkan, perempuan idolaku yang cantik dan pemilik suara merdu ini adalah perokok.
"Kenapa kamu bengong Ken?, kamu pasti mikir aku enggak sesuai ekspektasimu ya?, aku hanya mau bilang bodo amat.. Aku enggak peduli ekspektasi orang lain padaku. Aku bukan perempuan yang baik dan pantas kamu idolakan Ken", Kak Lili membuyarkan lamunanku yang ternyata memperhatikan ekspresi wajahku.
"Bukan kak, bukan.. Aku tidak punya ekspektasi apa-apa pada kakak, bagaimanapun Kak Lili tetap idolaku", aku terpaksa berbohong khawatir menyinggung perasaan Kak Lili.
" Santai aja Ken... aku memang gini orangnya. Ini baru salah satu sisi lain dari aku, jika nanti kamu tahu semua tentang sisi lainku, pasti kamu akan ilfil sendiri dan tak akan pernah mengidolakanku lagi. Kamu dari awal salah mengidolakan orang. Omonganku juga kasar, kadang aku bilang b*ngsat, d*nc*k, as*, p*c*k, b*b* dan banyak kata kasar lainnya. Sebelum kamu terlalu mengidolakanku terlalu dalam, mendingan dari sekarang saja kamu berhenti mengidolakanku ", Kak Lili menasehatiku untuk tidak mengidolakannya lagi. Tapi, aku tetap menolak, bagaimanapun dia adalah idolaku. Terlepas dari sisi-sisi lain dalam hidupnya itu merupakan pilihan setiap orang.
Selesai makan dan ngobrol panjang lebar, aku di antar Kak Lili ke kos. Kak Lili pun langsung pergi ke stasiun radio Ceria FM. Hari ini aku senang sekali bisa dekat dan intim ngobrol dengan sang idola. Sisi lain kehidupan Kak Lili tidak membuatku ilfil, justru aku sangat tertarik dengan Kak Lili dan ingin semakin lebih dekat lagi berteman dengannya.
0 Comments
Post a Comment