Sumb photo : unsplash.com


Ki Lurah komat-kamit, mondar mandir didepan Balai Desa, sepertinya sedang memikirkan urusan yang sangat berat dan cukup rumit. Setelah berubahnya persyaratan menjadi kepala dusun ada perubahan. Anak bungsunya yang digadang-gadang maju kepala Dusun harus terhalang langkahnya. Ki Lurah sedang berusaha mencari jalan keluarnya supaya anak bungsunya tetap bisa ikut serta meramaikan pemilihan kepala dusun.

Ki Lurah memanggil tangan kanannya Sudrun untuk membahas dan mencari solusi hal ini. Ki Lurah ingin sekali anaknya turut serta dalam pemilihan kepala dusun tahun ini. Jika, tidak tahun ini entah bisa atau tidak, sebab harus menunggu di periode berikutnya baru bisa ikut pemilihan lagi.

"Maaf.. ada hal penting apa Ki Lurah memanggilku tengah malam begini? ", ucap Sudrun saat sudah duduk disamping Ki Lurah.

" Pasti kamu sudah tahu maksudku, Drun.. Peraturan pemilihan kepala dusun sudah dirubah, sehingga anakku yang bungsu terganjal tidak bisa ikut, apakah ada solusi Drun?", Ki Lurah matanya tajam menatap Sudrun.

"Bisa.. bisa saja diubah aturannya, tapi itu akan terlihat tidak bagus di mata warga Ki.. "

"Loh tidak bagus bagaimana?, justru warga akan rugi jika yang turut serta dalam pemilihan kepala dusun orang-orang tanpa kualitas. Anak bungsunya ini dibutuhkan oleh warga saat ini. Surveynya juga bagus, aspirasi warga juga menginginkannya. Apa kamu rela Drun... jika dusun ini nanti dikuasai oleh orang-orang korup, orang-orang yang mementingkan diri dan kelompoknya dan tidak pro warga?", penuh semangat menjelaskan alasan kuat mengapa anak bungsunya harus maju.

"Benar juga Ki, tapi...? "

"Tapi kenapa?, masih meragukan anak saya?, memang pertamanya sepertinya tidak bagus karena mengubah aturan, namun ini demi kebaikan warga dusun agar nasibnya lebih baik lagi", ucap Ki Lurah menggebu-gebu.

" Resikonya nanti besar Ki... jika kita paksakan ", Sudrun terus berusaha agar Ki Lurah tidak gegabah.

" Saya akan pertaruhkan semua reputasi saya demi kebaikan dusun ini Drun... penghinaan, ejekan dan semua hal jelek sudah saya terima. Saya hanya memikir nasib warga dusun ini kedepannya, saya tidak ingin menitipkan masa depan dusun ini ditangan orang yang salah", Ki Lurah pun tak kalah untuk menyakinkan Sudrun.

"Baik Ki.. jika memang ini untuk kepentingan warga dusun, saya siap melaksanakan titah dari Ki Lurah", Sudrun akhirnya menyerah dan mengikuti kemauan Ki Lurah.

" Oke, cepat diselesaikan", pinta Ki Lurah karena waktu pendaftaran kepala dusun semakin mepet.

"Siap Ki... mohon izin pamit", jawab Sudrun lalu bergegas pergi dari rumah Ki Lurah.

Sudrun langsung menghubungi rekan-rekan lainnya untuk membahas permintaan khusus Ki Lurah ini. Mereka sepakat dalam dua hari ini pembahasan mengenai peraturan yang memungkinkan menjegal anak bungsu Ki Lurah untuk maju sebagai kepala dusun akan segera direvisi.


Sayangnya Sudrun malam itu tidak tahu jika Bejo mendengarkan pembicaraan mereka. Sudrun mengira malam itu di pos ronda Bejo sudah terlelap tidur. Bejo pun beranggapan bahwa ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Upaya untuk meloloskan anak Ki Lurah sudah diluar batas aturan yang berlaku. Bejo harus secepat mungkin membunyikan alarm peringatan darurat akan hal ini.

Bejo pun mengajak Kang Sukirman, Ipung, Mamet dan teman-teman lainnya untuk berkumpul besok pagi di rumah Mbah Saberang. Mbah Saberang sebelumnya sudah diberitahu jika besok pagi anak-anak muda akan kumpul, namun Mbah Saberang belum tahu pembahasannya.

"Ada apa Jo sebenarnya ini?, koq sepertinya genting sekali urusannya", tanya Mbah Saberang yang lihat wajah Bejo tegang.

" Baik, karena semua sudah kumpul dan sekaligus menjawab pertanyaan Mbah Saberang atau teman-teman lainnya yang bertanya mengenai peringatan darurat dini hari tadi, bahwa dusun kita hari ini diambang situasi yang gawat. Ki Lurah mau rubah aturan main pemilihan kepala dusun agar anaknya bisa turut serta dalam kontestasi. Padahal, kita tahu sendiri kualifikasinya tidak memenuhi aturan yang berlaku, oleh karena itu semalam Sudrun diminta untuk merubah aturan main tersebut", masih dengan tegang Bejo menjelaskan, pandangan Bejo seperti orang yang gelisah, sibuk lihat kanan kiri.

"Ngawur kamu Jo... Bejo... Mana mungkin Ki Lurah seperti itu. Anak-anaknya saja sudah bilang jika mereka lebih senang berdagang di pasar daripada jadi pejabat. Lagi pula Ki Lurah bukan orang yang serakah", Mamet tidak percaya apa yang dikatakan oleh Bejo.

Mbah Saberang juga ragu dengan apa yang disampaikan oleh Bejo. Tahu sendiri kelakuan Bejo, dia adalah orang yang selalu bertingkah nyeleneh. Sehingga, saat bicara masalah yang serius pun jika yang menyampaikannya Bejo, audiens nya pun justru menjadi ragu-ragu.

"Benar enggak informasinya?, jangan sampai kita memfitnah orang Jo. Urusannya nanti panjang Jo", ucap Mbah Saberang ingin memastikan.

"Iya, aku enggak percaya jika Ki Lurah menghalalkan segala cara demi meloloskan anaknya jadi kepala dusun. Kita semua tahu bagaimana baiknya Ki Lurah pada warga", Ipung pun tidak percaya apa yang disampaikan oleh Bejo.

"Makanya kamu Ipung dan Mamet, aku tahu kamu pendukung setia Ki Lurah bahkan mungkin semuanya pendukungnya, tapi tak usah fanatik, buka mata dan telinga, inilah faktanya"

"Menurut saya tidak apa-apa anak Ki Lurah maju sebagai kepala dusun. Apa yang salah?, anak Ki Lurah faktanya mumpuni memimpin warga dan kemungkinan bisa jauh lebih mensejahterakan warga dusun", Kang Sukirman menyela Bejo.

" Aku sebagai warga dusun tidak sepakat dengan pendapat Kang Sukirman. Meskipun anak Ki Lurah mumpuni semestinya tidak perlu menggagahi aturan main yang sudah ada. Lebih baik bersabar ikut pemilihan periode berikutnya, setidaknya ini demi menjaga nama baik Ki Lurah sendiri agar tidak terkesan rakus akan kekuasaan", ucap anak muda yang bernama Paijo itu. 

Pagi itu semua anak muda yang kumpul pun berbeda pendapat yang akhirnya terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama pro Ki Lurah yang memang sedari awal merupakan loyalis. Kelompok kedua merupakan orang-orang yang kontra dengan Ki Lurah, memang sedari awal mereka tidak suka dengan Ki Lurah, namun ada sebagian besar loyalis Ki Lurah yang ikut menyebrang di kelompok kedua ini.

"Pesan Mbah cuma satu, tak usah fanatik mendukung satu orang, baik yang pro dan yang kontra, semuanya bisa terjadi, sehingga kita nanti bisa menerima fakta dengan benar bukan berdasarkan suka dan tidak suka, kita tunggu saja update informasi selanjutnya. Ingat jangan jadi orang yang fanatik", pesan Mbah Saberang pada anak-anak muda pagi itu.

Anak-anak muda lainnya akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk memvalidasi apa yang Bejo sampaikan, mereka juga tidak ingin termakan hoax dan nanti malam secepatnya mereka akan berkumpul kembali di rumah Mbah Saberang.

Bungo, 31 Agustus 2024