Sumb photo : unsplash.com


Aku sudah tidak betah rasanya tinggal dikos. Semua kenikmatan yang aku dapatkan dirumah sirna. Sekolahku SMA jauh dari rumah, jika ditempuh jaraknya sekitar dua jam, jadi pulang pergi bisa menghabiskan waktu empat jam.

"Kenzi, kos didekat sekolah saja, daripada bolak-balik dari rumah ke sekolah, jaraknya jauh dan sangat beresiko", kata ayahku.

Aku tidak bisa menolaknya, memang jaraknya sangat jauh. SMA ini pun pilihanku sendiri, sebenarnya banyak sekolah yang dekat dari rumah, tapi entah kenapa aku sangat ingin sekolah disini. Penuh berat hati aku harus kos sendiri jauh dari keluarga.

Seminggu, dua minggu telah terlewati, aku masih berusaha untuk bertahan dan mencoba beradaptasi. Melakukan apa pun sendiri, masak, cuci baju maupun bersih-bersih kamar kos, yang semuanya tidak pernah aku lakukan dirumah. Aku berandai-andai, jika dirumah enak, tinggal bangun tidur, sarapan, mandi, lalu berangkat sekolah, selesai sekolah juga tidak perlu memikirkan pekerjaan lain, paling main handphone atau keluar main sama temen-temen.

Aku pikir hidup sendiri jauh dari orang tua akan membuat diriku bebas, kenyataan justru sebaliknya, aku justru disandera oleh tanggungjawab atas diriku sendiri. Pulang sekolah tidak bisa ngapa-ngapain. Harus masak, cuci baju dan pekerjaan lainnya, belum lagi mengerjakan tugas-tugas dari sekolah.

Bisa saja sebenarnya laundry dan beli makanan di warung, tapi uang bulananku dijatah, cukup enggak cukup sebulan hanya 750 ribu. Uang segitu sudah untuk bayar kos, sekolah, uang jajan, uang makan, beli perlengkapan sekolah, nyuci, mandi, pokoknya uang segitu untuk semua keperluan.

Genap satu bulan aku menyerah. Makhluk manja ini mana bisa hidup sendiri. Semua keperluan biasanya ibu yang menyiapkan. Berat rasanya hidup jauh dari ibu.

"Bu, aku minta pindah saja sekolahnya", ucapku diujung telpon, air mataku sudah tak kuasa lagi.

" Kenapa mas?, bukannya mas sendiri yang pengen sekolah disitu?", tanya ibu mengingatkan kembali waktu pertama kali minta izin sekolah diluar kota.

"Iya bu.. tapi.. "

"Tapi kenapa mas?, tetangga kosku usil atau jahat-jahat ya?, atau ada siswa yang rese disekolah? ", tanya ibu mencari tahu alasanku tidak betah.

" Enggak bu, temenan-teman dikos maupun di sekolah baik-baik semuanya", jawabku

" Terus masalahnya apa mas?", ibu terus mencoba mengorek alasanku.

Aku diam tidak menjawab. Merasa malu rasanya mau bilang kalau aku enggak bisa jauh dari rumah karena kemanjaanku ini. Rasanya serba berat hidup di kosan sendiri.


"Massss..., kamu enggak ada apa-apa kan?", panggil ibu karena aku lama diam tidak menjawab pertanyaan ibu.

" Aku enggak betah bu disini, aku pengen sekolah saja didekat rumah", aku jawab gitu saja dan tidak aku kasih tahu alasanku sebenarnya, jika aku masih harus melakukan apa-apa sendiri.

"Ya udah... nanti kamu bilang sama ayah juga. Ibu ikut saja keputusan ayah nanti"

"Aaa... ibu.. kenapa mesti izin ayah dulu", aku ngambek karena rasanya mustahil ayah mengizinkan.

" Eee... nanti masnya ngomong aja sama ayah, yakinkan ayah ya? ", pinta ibu padaku.

" Baik bu... ", ucapku pasrah.

Dua hari berlalu, akhirnya ponselku berdering, aku lihat ternyata nomor telepon dari ayah yang sudah ku tunggu-tunggu. Pasti ibu sudah cerita tentang keluh kesahku pada ayah. Aku senang sekali, lantas aku bercerita hal yang sama pada ayah dan sedikit mendramatisir untuk lebih menyakinkan.

"Baiklah, jika itu keputusanmu mas. Ayah setuju saja dengan keinginan mas. Tapi, tunggu selesai ujian semester, setelah terima raport nanti kita cari sekolah dekat rumah ya mas", ucap ayahku memberikan keputusan.

Aku cukup senang meskipun harus nunggu agak lama sekitar lima bulan, tidak apa-apa. Aku sudah minta secepatnya untuk pindah, namun ayah belum bersedia dengan berbagai alasan. Setidaknya aku setengah lega, keinginanku untuk pindah sudah disetujui oleh ayah.

Hari terus berlalu, aku terus berusaha bertahan sekolah di sini sampai nanti ujian semester. Setelah pulang sekolah, seperti biasa aku masak nasi dan lauk pauknya untuk makan siang, makan malam dan sarapan esok pagi sebelum berangkat sekolah. Selesai, masak dan makan siang aku pun lanjut untuk nyuci baju kotor. Rutinitas setiap hari, jika aku malah sehari saja enggak nyuci, bisa numpuk pakaianku.

Bosen dengar lagu-lagu dari spotify, aku iseng nyalakan radio di handphone. Biar saat nyuci berasa ada yang nemenin, enggak sepi-sepi amatlah, kayak hati ini, he.. he.. Ini pertama kali aku gabut mendengarkan radio.

"Halo... selamat siang menjelang sore, sahabat setia.. Masih di sini 99,7 Radio Ceria FM, Lili akan masih terus menemani aktivitasmu sampai nanti sore jam 16:00 diacara Top Hit Tangga lagu. Bagi kamu yang ingin kirim-kirim salam bisa chat WA 081122336677, oke sebelumnya ini sudah ada pesan masuk dari Bayu SMA Negeri 3 Gugusan, Kak Lili... titip salam buat cewek kelas 2 A berinisial CK, aku diam-diam memendam rasa padamu. Cie... Cie.. Bayu... Jangan diam-diam, buruan nyatakan, sebelum diambil orang lho, ha... ha... memendam perasaan itu sakit tahu... ha.. ha.. Ayo.. Bayu!, kamu bisa... Request lagunya Cinta Dalam Hati dari Ungu. Okelah... tanpa perlu lama-lama kita langsung putarkan lagu untuk Bayu yang sedang mencintai dalam diam. Selamat mendengarkan ", suara sang penyiar radio penuh semangat.

Ternyata asyik juga mendengarkan radio, aku ikut senyum-senyum sendiri saat penyiar radionya membacakan salam-salam dari pendengarnya. Suasana kos menjadi terasa sangat ramai sekali, meskipun cuma aku sendiri dengan suara radio. Aku pun menjadi terbawa semangat untuk nyuci baju. Kenapa enggak dari kemarin-kemarin aku dengarkan radio?.

Kesan pertamaku mendengarkan radio sangat senang sekali. Vibesnya bisa merubah suasana kos yang sepi menjadi suasana yang ramai dan terasa nyaman sekali. Aku dengarkan radio sampai selesai aku mencuci, kemudian berlanjut tidur siang sebentar dengan ditemani suara dari radio. Hari ini nyaman sekali rasanya, tidak seperti hari-hari sebelumnya.

Setiap hari sepulang sekolah aku langsung menyalakan radio, aku jadi senang mendengarkannya. Penyiar favoritku tentu kak Lili yang humoris dan penuh semangat. Semangatnya itu sampai menular ke pendengarnya. Rasanya aku sudah jatuh cinta untuk mendengarkan radio.

Aku yang keseringan mendengarkan kirim-kirim salam yang dibacakan oleh penyiar radio, akhirnya penasaran ingin mencoba mengirim salam juga, karena merasa para pendengar radio Ceria FM ini sangat antusias sekali mengirimkan salam-salam.

"Berikutnya ada kiriman salam dari MR K di kosan cahaya prima, wuih... deket ini dengan studio kita, sekali-kali dikirimin makan kek.. ha.. ha... bercanda...bercanda... Mau kirim salamnya untuk Ayah dan Ibu di rumah, aku selalu kangen kalian, aku pengen cepet-cepet pulang... duh... ternyata ada yang sedang rindu sama orang tuanya, so sweet... Kak Lili jadi ikut ingin pulang juga. Sabar-sabar kamu Mr K, nanti juga bakal ketemu sama ayah ibu, memang jadi anak rantu harus banyak bersabar dan baik-baik jaga diri ya... Oke... Karena tadi sudah ada yang request lagu ini dia lagu untukmu, Ruang Rindu dari Letto yang menempati top hits lagu lawas siang ini, selamat mendengarkan... ", begitu Kak Lili penyiar radio membaca pesanku.

Saat pesanku dibaca oleh penyiar radio rasanya sangat bahagia sekali. Kebahagiaannya seperti belum pernah aku rasakan. Oh... jadi gini perasaan orang-orang yang kirim-kirim salam ke radio, pantes saja mereka tiap hari rajin mengirim salam-salam. Aku bahagia dan kadang ikut tertawa juga mendengarkan tanggapan dari penyiar radio ketika membaca pesan dariku. Mungkin, begitu juga yang dirasakan oleh pengirim pesan ke radio, sama seperti yang aku rasakan. Bahagia.