Ilustrasi photo dengan bantuan AI Adobe Firefly


Bejo sedang duduk di pinggir sungai, matanya memandang jauh menatap hamparan luas sawah-sawah di seberang sungai. Kakinya memainkan air, entah apa yang sedang ia risaukan. Sore itu langit cerah, sehingga banyak anak-anak maupun remaja sedang bermain dan mandi di sungai yang punya air yang jernih, tapi Bejo tidak peduli, dia tetap asyik dengan pikirannya sendiri.

"Nyapo melamun?, kayak sedang punya masalah berat saja", ucap Sudrun dari arah belakang kemudian mendekati Bejo dengan membawa es teh dua gelas dan sekantong kresek gorengan.

" Ora nyapo-nyapo, makanya duduk di pinggir sungai seperti ini", celetuk Bejo.

" Halah... pasti lagi mikir sesuatu, dah ini aku bawa gorengan sama es teh", kata Sudrun lalu meletakkan dua gelas es teh dan gorengan berada di tengah-tengah duduk mereka.

"Lha dalah... Ini gorengan kok disandingkan dengan es teh, ya kurang pas... harusnya kopi, baru mantap", Bejo sedikit protes kepada Sudrun.

" Tinggal makan aja rewel, kalau enggak mau biarkan aku kasih ke anak-anak yang sedang mandi itu"

"Ya... jangan ta... ", seloroh Bejo lantas mengambil es teh dan pisang goreng dengan cepat.

" Kenapa ta?, kamu ngajak aku duduk di pinggir sungai seperti ini?", tanya Sudrun karena tadi disedang sibuk main game, tiba-tiba diminta datang oleh Bejo bawa gorengan.

" Enggak ada apa-apa, kan tadi sudah dijawab. Biar otak kita seger lagi aja. Refreshing tipis-tipis, atau apa namanya kalau gen z bilangnya? ", Bejo coba mengingat-ingat.

" Trenggiling? ", Sudrun langsung menyahut.

" Trenggiling gudulmu?, itu lho.. istilah gen z bilangnya"

"Healing? ", Sudrun menyahut sembari tertawa, karena memang sengaja ngerjain Bejo saja.

" Nah itu.. biar enggak mudah kena mental health, kan bisa resiko, makanya butuh billing"

"Healing Jo... healing... malah jadi billing", dengan cepat Sudrun menyahut dengan menahan emosi.

" Pokoknya gitulah"


"Bergaya kamu Jo, orang pekerjaannya ambil rencek, buruh tani, serabutan kok bisa kena mental health? ", agak sewot Sudrun menanggapi.

" Loh... emang kita enggak boleh kena mental health?, noh... mereka yang kerjanya duduk dikantor, baju rapi yang harusnya tidak kena mental health. Kita?, wajar dong kena mental health, mikir besok makan apa, kerja apa, nyari uang kemana, dapat berapa, kita ini yang bahkan untuk hari esok aja masih misteri. Apalagi masa depan?, boro-boro.. Pikiran kita ini selalu bekerja dan fisik kita juga bekerja, double kill lah... kita yang semestinya kena mental health Drun... ", bukan Bejo namanya kalau tidak mengajak berdebat. Memang Bejo ini tipe orang yang enggak mau dikalahkan oleh lawan bicaranya.

" Makanya, jadi seperti mereka. Usaha atau gimana gitu, supaya nasibmu tidak seperti ini. Kerja kantoran kek?, ngelamar jadi pegawai kek?, jadi pedagang kek?, atau apa yang kamu bisa. Jangan malah diam tanpa usaha dan menerima takdirmu seperti ini.. ini... saja. Biar enggak kena mental health versimu, aku kira mental health tergantung individunya sendiri sebenarnya. Kamu kira orang-orang di kantoran pakai pakaian rapi itu tidak tertekan?, kamu kan tidak tahu Jo?, bisa jadi tekanannya lebih besar daripada kita Jo...", kini Sudrun tidak sependapat dengan Bejo.

"Tertekan atau tidak tetap saja enak mereka. Enggak perlu panas-panasan seperti kita. Tetap kita ini butuh healing, meskipun cuma di pinggir sungai, menyesuaikan budget, ang... ang... ang... ", ucap Bejo sambil tertawa terbahak-bahak.

" Memang dasar low budget aja atau malah enggak ada budgetnya?. Enggak usah mikirkan healing saja, gimana caranya kita bisa maju Jo.. biar enggak tidak seperti ini terus nasib kita. Syukur-syukur bisa sukses", sembari mengunyah bakwan dengan cabe Sudrun berkata.

" Sukses itu hal sepele Drun... tapi untuk sampai sana belum tentu semua orang diberikan kesempatan", dengan santai Bejo menanggapi.

"Sepele kok enggak bisa sukses?", Sudrun mengejek.

" Tadi sudah aku bilang, sukses itu sepele, tapi untuk sampai dititik itu tidak semua orang bisa. Orang bilang proses tidak akan menghianati hasil, belum tentu. Kamu sudah lihat aku kan?, buka usaha enggak laku, ikut MLM enggak sukses, kerja kantoran duit cuma habis hanya untuk makan, jualan online enggak laku juga, jadi penulis enggak ada yang baca, coba jadi konten kreator enggak ada yang nonton, melatih skil jadi digital marketing hasilnya zonk. Eh... Kang Sukirman jualan kantong plastik sukses, Mamet jualan kerupuk punya mobil bederet, Lek Bardi jualan es cendol rumahnya mewah. Apa yang mereka kerjakan untuk bisa sukses, jika dilihat sepele kan?. Aku sudah usaha ini itu, tapi belum berhasil juga. Memang jika dilihat orang sepertinya aku tidak melakukan apa-apa, padahal aku sudah berusaha", panjang lebar Bejo berkata. Mungkin inilah salah satu alasan sore ini Bejo ingin duduk di pinggir sungai.

"Ya begitulah Jo... sama saja nasib kita, aku juga sudah coba jualan krupuk atau es cendol, tapi hasilnya juga zonk. Bisnis bisa ditiru, namun rezeki tidak pernah keliru Jo... Mungkin kita masih belum dikasih kesempatan sukses saja Jo. Fitrahnya kita sebagai manusia hanya sebatas berusaha, berproses dan entah usaha yang mana atau proses yang bagaimana yang bisa mengantarkan kita untuk sukses", Sudrun pun mengeluarkan isi hatinya juga. Mereka berdua masih bernasib sama.

"Begitulah Drun... kehidupan, kita tidak pernah tahu misterinya, mereka yang cuma modal nangis doang bisa viral, lalu sukses. Mereka cuma usaha sayur mayur saja bisa sukses. Kita?, rasanya sudah jatuh bangun mencoba berbagai usaha, nasibnya gini-gini saja", Bejo mengeluh.

"Sudah enggak usah mengeluh, kita harusnya masih bersyukur dijadikan manusia kuat, tidak sampai menjadi gila saja kita sudah Alhamdulillah... yang penting kita sehat jiwa raganya. Nikmati saja apa yang sekarang kita punya, healing pinggir sungai pun sudah bahagia, Tuhan sudah menyiapkan keindahan ini untuk kita, gratis tanpa harus bayar", kata Sudrun yang berusaha membuat Bejo agar tidak kecil hati.

Mereka berdua pun menikmati senja di pinggir sungai, diiringi gelak tawa anak-anak dan remaja yang asyik bermain dan mandi. Ibu-ibu yang sedang mencuci pun tak kalah kuat suaranya. Suasana yang sangat nyaman untuk menikmati sore hari, apalagi dapat es teh dan gorengan gratis dari Mbah Saberang.

Bungo, 11 September 2024