![]() |
Sumber Photo : unsplash.com |
Kisah kasih di sekolah ini semua bermula saat perkemahaan bulan agustus. Waktu itu, Sijining Pembarep bertemu sesorang gadis yang berhasil mencuri perhatiannya. Namanya Putri Kemayu. Dia merupakan adik kelas Emba -begitu kawan-kawannya memanggil Sijining Pembarep -. Paras cantik Si May benar-benar membuat Emba harus mengakui bahwa ia tertarik olehnya.
Diam-diam selama perkemahan berlangsung Emba selalu memperhatikan gerak-gerik Si May. Semakin Emba memperhatikan, semakin tumbuh pula benih-benih perasaan yang menguasai hatinya. Senyum manisnya tergiang-ngiang.
Siapa yang tak kenal Si May, seorang gadis cantik, cerdas, periang, lemah lembut dan pemilik suara merdu. Semua orang di sekolah mengenalnya sebagai gadis juara. Sudah berapa banyak piala yang dipersembahkan olehnya untuk sekolah. Dia, benar-benar gadis berprestasi.
Berbeda dengan Emba, meskipun ia tidak cerdas, sedikit urakan, suka jahil sama kawan-kawannya, tapi soal pramuka ia jadi andalan. Kelebihannya hanya itu saja. Selebihnya hanya kekurangan.
Setelah perkemahaan di bulan agustus kisah kasih ini berlanjut di sekolah, terutama di ekskul inilah mereka berdua terus bertemu, baik itu latihan bersama ataupun terlibat dalam satu regu pramuka. Intensitas pertemuan membuat Emba mulai menaruh rasa lebih dari sekedar teman biasa. Tiap hari serasa ada yang kurang tanpa melihat senyumnya.
Oh ya, perkenalan mereka tidaklah seromantis film-film FTV. Emba yang tak banyak bicara dan Si May yang cerewetnya minta ampun, suka teriak-teriak lagi. Mereka sudah saling tahu sebelumnya, hanya saja kurang dekat.
Sewaktu diperkemahan itu Si May yang mulai duluan. Sehabis sholat isya' dan ditengah-tengah jeda kegiatan anak-anak cowok kumpul di depan tenda sedang ngobrol. Datanglah Si May berkunjung ke tenda cowok.
"Ikut nimbrung", ucap Si May
"Sini, sini.. duduk disini", kata Gendon, menunjukkan tempat duduk disampingnya.
" Terima kasih, Kak. Disini saja", jawab Si May yang berjalan ke arah Emba, lantas duduk disampingnya.
Otomatis detak jantung Emba berdetak kencang. Wajahnya terlihat tegang. Emba yang urakan itu mati kutu. Tak berkata apa-apa. Si May justru menggoda, menggeser sedikit duduknya mendekati Emba. Secara reflek Emba menjauh. Bergeser mendekat, Emba menjauh. Melihat itu Si May tertawa terbahak-bahak. Termasuk teman-teman cowok Emba.
"Kenapa, Kak?, koq menjauh. Jangan cemas gitu", tantang Si May.
Masih agak cemas Emba menjawab, " Aku enggak, eng...gak a...pa, apa...".
"Kalau enggak apa-apa, ya sudah enggak usah menjauh", ucap Si May dan lagi-lagi duduk di samping Emba. Tentu saja, Emba menjauh. Melihat hal itu Si May dan kawan-kawannya semakin terbahak-bahak.
Emba si tukang usil ternyata dihadapan wanita tidak punya nyali. Setiap bertemu Si May selalu saja menggoda Emba. Bahkan, sampai disekolah. Setiap pagi saat Emba memasuki gerbang sekolah selalu ada meneriaki.
" Kak Embaaa...", terdengar keras suaranya. Emba tidak menggubris.
" Kaaak Emmmbaaa... ", semakin keras teriakannya, tapi Emba masih belum mencari sumber suara itu dan terus berjalan menuju ruang kelas.
" Kaaak... Kaaak... Emmmmbaaa... ", makin lantang saja suara itu. Emba akhirnya mencari suara itu, yang ternyata adalah Si May. Emba melihat ke arah Si May yang sedang melambaikan tangan sembari melemparkan senyum ke padanya. Hati siapa yang tidak senang, pagi-pagi dapat semangat dari gadis berkerudung putih dan bertahi lalat di bawah bibir sebelah kanan yang membuatnya semakin manis.
Emba tapi masih belum membalas senyuman dan sapaan Si May. Meski, diam-diam ia senang bercampur malu. Hal itu seperti menjadi rutinitas di pagi hari dan saat waktu istirahat tiba, teriakan Si May menjadi sesuatu yang baru bagi Emba.
Terkadang saat berpas-pasan bertemu dilorong sekolah, Si May justru tiba-tiba ikut berjalan disamping Emba.
" Hay.. Kak..", sapa Si May.
" Haayy...", gugup Emba menjawab.
" Cieeee...Cieeee", teriak kawan-kawan Si May dan Emba. " Serasi, cocok ", celetuk salah satu kawan Si May. Emba hanya tersenyum, demikian juga Si May mendengar respond itu.
"A..a..ku mau ke perpustakaan dulu", Emba pamit terbata-bata dan berjalan menuju perpustakaan.
Semakin lama, semakin dekat mereka berdua. Emba seperti seorang yang sangat spesial. Tiada hari tanpa teriakan Si May. Tiada hari, tanpa senyum Si May. Begitu juga Si May, tiap hari selalu ada yang kurang tanpa menggoda Emba. Seluruh sekolah dari senior dan junior tahu betapa akrabnya mereka berdua. Begitu ramenya mereka berdua saat jam istirahat tiba.
Lantas bagaimana kisah kasih mereka berdua?. Akankah Si May merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Emba?. Apakah Emba menyatakan perasaannya?. Bisakah Si May menerima Emba sebagai kekasihnya?. Atau keakraban mereka, canda mereka, tawa mereka dan keseruan mereka berakhir dengan meranggas?.
Tunggu kisah mereka berdua, selanjutnya..
Bungo, 13 Januari 2021
0 Comments
Post a Comment