Segala yang terang menghitam.
Hitam bertambah hitam legam.

Matahari telah sungguh terbenam, tenggelam..
Rembulan pun masih terlalu muda sinari.

Mendekap gelap gulita dimalam hari.
Legam, hitam birunya langit kini..

Esok matahari belum tentu kembali,
Atau mungkin diriku telah dulu kembali,
Sebelum hitam legam terhapus dari diri ini.

Adakah ku tunggu matahari sinari?.
Ataukah cahaya itu ku cari sendiri.
Tanpa menunggu esok datangnya matahari,
Agar tak semakin legam hati, lalu mati.

Haruskah aku salahkan rembulan muda?.
Mengapa ia tak kunjung segera purnama,
Sehingga, aku tak perlu lagi cari cahaya,
Atau menunggu matahari yang terlalu lama.

O, Hitam, gelapnya hati..
O, Legam, gulitanya nurani..
O, Hitam, Legam, pekatnya diri ini..

Aku yang tak mampu menyalakan lentera hati.
Obor-obor pun dalam diri telah lama mati.
Hanya hitam, semakin hitam bertambah legam.
Gelap gulitanya, bahkan hanya pekatnya hitam.

Ku dapati dari diri terjerembab jurang curam,
Sedalam-dalamnya, dalam...

Oh, Allahu Rabbi...
Kuatkan aku menghapus hitam dari diri,
Jangan biarkan sisi hitam kuasai akal dan hati,
Agar tak bertambah legamnya nurani.

Oh, Allahu Rabbi...
Semoga Engkau berkenan mengampuni,
Serta, membuat aku fitrah kembali,
Terbebas noda dan dosa yang membebani,
Meski, tanpa purnama, walau, tanpa matahari.