Terkadang "Pasrah" adalah sebuah solusi disaat diri sudah tak mampu lagi memikul beratnya beban, setelah segala daya upaya diusahakan.
Pasrah adalah kerelaan hati melepas segala-galanya kehendak diri. Tidak memaksakan keinginan, apalagi ambisi. Pasrah, itu "mbanyu mili" membiarkan yang terjadi, terjadilah. Selain itu, jiwa pun ikhlas menerima baik buruknya dari hal-hal yang terjadi setelah pasrah.
Pasrah, akan meredam amarah. Pasrah, melegakan gelisah. Pasrah, mengeluarkan diri dari tempat yang gelap dan sempit. Pasrah, memberi pandangan mata untuk menatap luasnya langit.
Pasrah, bukanlah rasa kalah ataupun mengalah. Pasrah, juga bukanlah seperti yang mereka kabarkan yaitu menyerah. Pasrah lebih agung dari rasa kalah, mengalah dan menyerah. Karena, pasrah tidak menyembunyikan dendam amarah. Sedangkan, rasa kalah, mengalah dan menyerah terkadang masih diliputi sisa-sisa dendam amarah.
Pasrah merupakan kerelaan, keikhlasan dan keridhoan hati yang tak terukur luasnya.
Membiarkan yang terjadi, terjadilah. Dari pasrah diri pun bisa mengambil pelajaran yang terindah. Dan lantas, mengubur pahit manis, maupun getir dalam jiwa sedalam-dalamnya, serta tidak memberikan ruang sedikit pun untuk luka.
Ketika upayamu telah begitu besar, namun hasilnya tetap nihil, pasrahlah...!!!. Ketika diri ditimpa kesulitan dan tak kunjung mendapatkan solusi terbaik, pasrahlah...!!!. Ketika otakmu sudah sedemikian rumit dan ribet, pasrahlah...!!!.
Sebenarnya, pasrah adalah solusi terbaik yang banyak orang-orang tidak tahu, sehingga masih saja ada orang gila karena ini dan itu, masih saja ada orang bunuh diri karena hal ini dan itu, juga masih saja ada orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan ini dan itu.
Andaikan, mereka tahu dan mau pasrah. Maka, tidak akan terjadi tindakan-tindakan bodoh.
Padahal, pasrah adalah solusi terbaik, karena setelah pasrah akan ada jalan terang yang tidak mereka sangka-sangka sebelumnya.
Jika, diri tidak lagi mampu. Letakkan, dan pasrahlah.
Begitulah, celotehannya Mbah Seberang di malam ini, aku hanya manggut-manggut saja. Manggut-manggut ku, bukanlah tanda aku mengerti, tapi karena rasa kantuk yang semakin menjadi-jadi. Esok, Mbah Seberang entah akan bahas apalagi, yang paling penting bagiku adalah ia teman melepas sepi.
0 Comments
Post a Comment