Beberapa hari lalu sempat heboh kabar harga rokok akan naik. Tentu, Mbah Saberang marah-marah dan ngomel tak karuan. Saking jengkelnya hampir saja cangkir kopi dibantingnya. "Semprul...", teriak penuh amarah ia berkata. Terus saja Mbah Seberang tak berhenti ngedumel "Memangnya tidak ada yang lebih penting dari urusan rokok".
Aku yang waktu itu duduk disamping Mbah Saberang tak berani berkata apa-apa. Aku takut nanti malah kena semperot. Maka, aku tunggu emosinya mereda.
Mbah Saberang mengambil rokok kretek dan mulai menghisapnya. Sesekali, ia berkata, "Segernya kayak gini koq dibilang rokok membunuhmu. Jelas keliru peringatan itu". Ku lihat Mbah Saberang sudah mulai tenang. Aku pun memberanikan diri bertanya, "Lho, Mbah... memangnya kelirunya dimana?. Merokok kan bisa menyebabkan gangguan janin, kanker, serangan jantung, impoten dan penyakit-penyakit yang lainnya".
Mbah Saberang masih saja asyik menghisap rokok. Aku lihat ia tidak mendengar apa yang ku tanya. Ia justru senyum-senyum sendiri. "Wah, mulai gemblung iki, gara-gara rokok akan naik" gumamku dalam hati.
Tak berapa lama Mbah Saberang menatapku tajam, "Siapa yang gemblung?" tanyanya kepadaku. Soalah, Mbah Saberang bisa mendengar gumamanku dalam hati. "Tidak, Mbah... tidak ada yang gemblung", aku menjawabnya dengan gugup.
Namun, Mbah Saberang mengulangi lagi pertanyaannya, "Siapa yang gemblung?. Apakah yang gemblung itu para perokok yang tidak setuju harga rokok dinaikan?. Atau merekalah yang gemblung itu?. Mereka yang menginginkan agar harga rokok naik selangit dan tidak sesuai dengan daya beli masyarakat".
Terasa sangat kesal mungkin Mbah Saberang entah kepada siapa?. Sekarang bukannya mereda emosinya, malah semakin menjadi-jadi ngedumelnya. "Kalau, mereka dengan penuh kesadaran menginginkan harga rokok naik agar banyak para perokok berhenti merokok, betapa jahatnya niat itu. Tidak hanya sekedar jahat saja, akan tetapi mereka juga gemblung mengusulkan itu", penuh nada emosi Mbah Saberang berkata.
Aku mulai geram mendengar Mbah Saberang terus ngedumel dan berusaha ingin meluruskannya. "Mbah.. pripun ta panjenengan niku?. Tadi, Mbah bilang rokok membunuhmu itu keliru. Saya jelaskan rokok dapat menyebabkan penyakit ini dan itu si Mbah ndak gubris. Sekarang pakai gemblung-gemblung kan orang. Mungkin, begini lho maksud mereka yang usul agar harga rokok naik..", aku berhenti sejenak sembari menata kembali posisi duduk.
"Mungkin, begini, Mbah..." aku lanjutkan memberi penjelasan, "Maksud mereka, mungkin jika para perokok berhenti merokok akan jauh lebih sehat, Mbah..Jadi, tidak ada lagi orang Indonesia, terutamanya para pemuda sebagai generasi bangsa tumbuh besar tanpa nikotin. Itu kan keren, Mbah..", aku berusaha menyakinkan.
Ha... ha.. ha... Mbah Saberang malah ngakak mendengar penjelasanku. Ia berkata, "Keren gundulmu... gemblung, gemblung kamu itu..." geleng-geleng kepala sambil terus saja terbahak. Aku yang tadinya merasa diatas awan langsung terhempas ke dasar bumi mendengar respond Mbah Saberang. Bukannya, yakin. Justru, aku yang ragu dan merasa ada yang keliru.
"Ada yang salah, Mbah... dari penjelasanku?", tanyaku kepada si Mbah. Karena, Mbah Saberang dari tadi terus saja tertawa. "Bukan hanya salah, tapi itu gemblung..!!!", jawab si Mbah semakin tertawa. "Koq bisa Mbah?", aku bertanya keheranan.
"Bagaimana tidak gemblung kamu itu. Lihat... orang-orang tua dikampung kita ini. Semua para perokok. Pun katanya orang-orang miskinlah yang kebanyakan merokok. Tetapi, mereka sehat-sehat saja. Kalau pun, terkena sakit tinggal kerokan saja penyakit sudah hilang. Penyakit paru-paru, serangan jantung, impoten, kanker yang kamu sebutkan itu penyakitnya orang kaya, bukan penyakitnya para perokok. Padahal, Kebanyakan dari mereka sangat sedikit yang merokok. Jadi, kekayaanlah yang dapat menyebabkan serangan jantung, kanker dan penyakit yang kamu sebutkan itu ", lalu Si Mbah tertawa lagi setelah berbicara seperti itu.
Si Mbah lantas melanjutkan pembicaraanya, "Dan bagaimana mungkin aku tidak bilang kamu dan orang-orang -(yang ingin harga rokok naik)- itu tidak gemblung. Ya.. jelas gemblung ta.. Lebih baik tutup saja pabriknya daripada menaikkan harga rokok".
Terus saja Mbah Saberang berbicara, "Kalau pun toh benar merokok menurut mereka dan menurutmu itu hal yang negatif dan dapat merusakan kecerdasan generasi bangsa, mbok ya... dipikir-pikir lagi" si Mbah tersenyum kecil berkata itu.
Aku tak mau menyanggah, takut nanti salah. Aku dengarkan saja daripada berkata, tapi keliru. Si Mbah tak berhenti berbicara, "Padahal, ada hal yang jauh lebih negatif dan lebih dapat merusak generasi bangsa yaitu minuman keras dan kondom. Harusnya kedua hal tersebut yang dinaikkan harganya, serta dikontrol peredarannya".
Berhenti sejenak menyulut rokok, lantas nyeruput kopi . Si Mbah diam sebentar.Lalu, melanjutkan lagi "Gara-gara miras mereka dapat membunuh, memperkosa dan hal negatif lainnya. Sebab, kondom dijual bebas dan ditambah tekhnologi yang semakin canggih banyak anak-anak SMA maupun mahasiswa yang melakukan freesex dengan alasan pacaran, bahkan anak SMP juga seperti itu. Itu jauh lebih penting dan darurat ketimbang mengurusi rokok", tutur Mbah Saberang dengan sorotan mata tajam dan dalam.
Aku hanya mampu mendengarkan pembicaraan Mbah Saberang yang ku anggap suara hati rakyat. Aku tak berani lagi berkata, karena takut dibilang gemblung oleh si Mbah. Dan malam mulai larut, aku pun pulang, sedang Mbah Saberang melanjutkan ngopinya dengan meminta secangkir lagi. Sesampai dirumah aku bertanya pada diriku sendiri, apakah benar aku gemblung?.
Bungo, 26 Agustus 2016
0 Comments
Post a Comment