Ku lihat gemerlap kemewahan berkilau,
Namun, mataku tak mempercayai itu...
Ku dengar sahutan-sahutan suara merdu,
Tapi, telingaku tak mempercayai itu...
Ku rasakan sentuhan-sentuhan syahdu,
Namun, hatiku enggan mempercayai itu...
Ku tahu derap langkah terburu memburu,
Tapi, kakiku enggan mempercayai itu....
Penglihatanku hanya melihat sandiwara,
Pendengaranku sekedar mendengar drama,
Hatiku merasakan kekosongan yang hampa,
Kakiku memijak tanah yang penuh ilusi belaka,
Bagaimana mungkin aku percaya pada mata?,
Jika, yang terlihat adalah permainan semata,
Mana mungkin aku percaya pada telinga?,
Jika, yang terdengar adalah sebuah rekayasa,
Bagaimana mungkin aku percaya pada hati?,
Jika, yang terasa adalah kebohongan ilusi,
Mana mungkin aku percaya pada kaki?,
Jika, yang berjalan adalah skenario mimpi,
Karena, setiap mataku melihat,
Semua semakin tampak sebagai tipu muslihat,
Karena, setiap telingaku mendengar,
Semua hanyalah sementara dan sekedar...
Sebab, setiap hatiku gemetar merasa,
Semua hanyalah khayalan semu fatamorgana,
Sebab, setiap kakiku melangkah mengejar,
Semua hanyalah kedok yang tersamar,
Aku hanya percaya,
Bahwa, aku hidup dalam mayanya dunia.
Bungo, 11 September 2016
0 Comments
Post a Comment