Ku susun bait-bait kegelisahan,
Rasa yang tak bisa tertahan,
Ku luapkan, ku tumpahkan,
Dalam syair yang ku sembunyikan,

Coretan-coretan tintaku penuh pengharapan,
Menulis rindu yang ku rahasiakan,
Agar tak satu pun orang tahu,
Bahwa, rinduku menembus ruang dan waktu,

Penaku tak berhenti menulis puisi syahdu,
Membayang... betapa bahagia para perindu,
Meski, sedetik waktu, mereka bertemu,
Alangkah tentramnya rasa dikalbu,

Ku rahasiakan rindu untukmu,
Dan... engkau... tak akan tahu,
Dalam diamku, ku simpan rindu,
Dan... engkau, tak perlu tahu,

Biarkan, kata dalam bait itu mencari arti sendiri,
Biarkan pula, kata itu dibaca dengan tafsiran sendiri,
Tapi, bagiku, kata dalam bait itu teruntuk dirimu,
Namun, bagiku, kata itu tak bisa lepas dari tafsiran bayangmu,

Ku simpan rindu itu..
Ku rahasiakan rindu itu..
Ku samar-samarkan dalam kalbu,
Dan tak akan pernah ku bisikan rindu itu,
Walau, kepada dinding-dinding kamarku,

Maka, biarlah aku dan pena,
Menulis sajak rinduku penuh cinta,
Maka, biarlah aku dan pena,
Menguntai rindu dalam kata-kata,

Ku lakukan itu semuanya,
Agar rasa rinduku tetap murni,
Ku lakukan itu semuanya,
Supaya rasa cintaku tetap jernih dan suci,

Bungo, 26 Agustus 2016

A. Marsudi