Sumber photo : Unsplash.com


Menantangnya, sudah ku coba. Aku telah berusaha sekuat tenaga. Namun, angin terlalu kencang, kawan.. Sehingga, aku terhempas diatas tanah. Melawan arus?. Aku pernah melawannya, kawan... Tahukah engkau kawan?. Semakin aku berusaha melawannya, semakin habis tenaga, yang membuatku justru tenggelam dan terseret derasnya air bah. Kawan, aku tak ingin menantang angin. Aku juga tak ingin melawan arus. Kemana arah angin dan kemana air mengalir membawaku, aku hanya bisa pasrah mengikuti.

Dititik terendah, sekalipun aku tak ingin menyerah. Bila, melawan arus adalah hal yang mustahil, maka berpegang erat pada batang pohon atau benda apapun yang terseret mengikuti kemana air mengalir, tak jadi soal bagiku.

Tak semua orang mengerti, masalah apa dan situasi apa yang aku hadapi. Aku maklum akan hal itu.   Aku hargai apa pun perkataan mereka. Sebab, setiap manusia punya cara yang berbeda untuk menyelesaikan permasalahan yang sama.

Demikian pula, perkataan negatif pastilah akan selalu ada. Positif negatif. Baik buruk. Benar salah. Semua berjalan berdampingan dan beriringan. Jika, engkau berbuat baik, pasti ada tuduhan-tudahan buruk yang ditujukan padamu. Bila, rencanamu positif, akan selalu aja ada yang berfikir negatif. Bahkan, ketika engkau melakukan hal yang benar, pasti ada saja yang menyalahkan. Berbuat baik, terus berfikir positif, selama itu benar, aku akan terus melaju.

Pada titik terendah, banyak orang yang menghina, berfikir negatif dan memandang dengan stigma yang buruk. Itu biasa terjadi. Tergantung bagaimana menyikapinya.

Saat berada dititik terendah, aku pun sempat ingin menyerah. Aku bahkan menyangka Tuhan tidak adil. Tapi, perlahan aku mulai memahami ada pelajaran dan hikmah dalam setiap kepayahan yang ku alami.

Tuhan memberikan pelajaran tidak hanya melalui firman-NYA yang tersurat. Tuhan juga memberikan pelajaran kepada kita melalui ujian atapun cobaan yang nyata dalam kehidupan. 

Mungkin saja ujian Tuhan menempatkan diri ku di titik terendah, bukanlah berarti merendahkan derajat, namun malah sebaliknya, jika lulus dan tulus menghadapinya, maka justru menggangkat derajat diri.

Yakinlah, saat Tuhan menempatkan diri dititik terendah, semata-mata agar kita tidak jumawa.

Bungo, 06 Januari 2021