"Apabila kamu sudah memutuskan untuk menekuni suatu bidang, jadilah orang yang konsisten. Itu adalah kunci keberhasilan yang sebenarnya" B.J Habibie

             ******************************

Berbicara soal konsisten adalah hal yang sangat gampang diomongkan. Konsisten menjadi hal yang sangat sulit ketika diaplikasikan dalam diri setiap manusia. Karena, setiap manusia memiliki titik jenuhnya sendiri. Manusia memang selalu mudah diliputi kebosanan.

Dalam hal apa pun yang paling sulit adalah konsisten. Kita mungkin bisa bersedekah hari ini, namun mungkin besok tidak bisa lagi. Kita bisa menanam pohon hari ini, tapi besok mungkin tidak mau melakukan lagi. Kita bisa berbuat baik kepada seseorang, akan tetapi kenyataannya tidak bisa melakukan kebaikan setiap hari.

Bahasa konsisten dalam dunia santri disebut istiqomah. Dan barang siapa saja yang bisa istiqomah mengamalkan sesuatu, maka ia akan mendapatkan seribu kemulyaan. Kemulyaan disisi Tuhannya, maupun disisi manusia.

Istiqomah atau konsisten dalam pengertian sederhananya adalah melakukan sesuatu yang sama dan berulang-ulang. Titik terberatnya memang ada di melakukan hal yang sama dan berulang-ulang itulah yang membuat kita bosan, jenuh dan akhirnya memutuskan menyerah. Siapa yang tak bosan dan jenuh?, jika yang dikerjakan itu-itu saja. Siapa yang tidak angkat tangan?, jika yang dimakan nasi dengan lauk tempe terus menerus. Akal dan hati kita pasti menuntut, mbok ya... sekali-kali pakai telur atau daging ayam.

Selain, kebosanan dan kejenuhan yang ada dalam diri manusia. Ada hal lain yang secara alamiah manusia yaitu rasa selalu ingin tahu. Apalagi, terhadap hal-hal baru?, bagi manusia itu sangatlah menarik. Dari rasa keingintahuannya terhadap hal baru inilah terkadang yang menjadi batu sandungan untuk bisa bersikap konsisten. Kita selalu meninggalkan hal-hal lama yang usang setelah menemukan hal baru. Menganggap hal lama itu sudah biasa dan kurang menantang.

Bosan, jenuh dan rasa ingin tahu hanyalah beberapa faktor internal dari diri kita sendiri yang meruntuhkan tembok-tembok konsisten yang kita bangun. Faktor eksternal juga tak kalah dahsyatnya membombardir konsisten. Konsistensi akan sangat mudah dikalahkan ketika kita sendiri tidak yakin, merasa ragu-ragu melakukan sesuatu itu.

Faktor eksternal terkadang jauh lebih menggoda dan menggiurkan. Faktor eksternal terkadang pula lebih pahit dan getir. Siapkah diri kita untuk tidak tergoda dan tergiur?. Sanggupkah kita merasakan pahit dan getir?. Karena, ketika kita berusaha untuk konsisten, ada saja hal yang menggoda dan menggiurkan didepan mata. Saat kita sendiri bersikap konsisten, pasti ada saja yang mencaci maki. Orang akan bilang dan melabeli diri kita sebagai orang yang kaku dan kolot. Jika, kita siap dan sanggup konsekuensinya bersikap konsisten, maka kunci keberhasilan itu ada dalam genggaman.

Para penemu itu berhasil karena mereka konsisten menekuni bidangnya. Walau pun, mereka mengalami kegagalan beribu-ribu kali. Mereka tidak jenuh, bosan dan menyerah. Percobaan-percobaan terus mereka lakukan, sehingga berhasil. Orang-orang yang berhasil itu sudah mengalami banyak kegagalan maupun cacian, namun mereka tetap konsisten. Orang yang menjadi ahli dalam bidangnya itu ditempuh dan dilalui dari jalan terjal dan tak mudah. Mereka tidak jenuh, bosan dan pantang menyerah. Setiap kegagalan tidak menyurutkan langkah mereka. Justru, mereka belajar dari kegagalan yang dialami.

"Itulah yang membedakan kita dengan orang-orang yang berhasil itu. Kita tidak punya konsistensi. Belum apa-apa, kita sudah menyerah. Belum seberapa, kita sudah jenuh dan bosan. Mau berhasil?, tetapi tidak bisa konsisten?, Ngimpi... Jangan harap keberhasilan menghampirimu. Sejenius apa pun orangnya, kalau tidak konsisten, ya percuma, sia-sia.. ", kata Bejo menutup obrolan denganku tadi sore diemperan rumahnya. Bejo berbicara begitu panjang, dari sejak aku datang dan duduk persis didepannya tidak diberi sedikit pun ruang dan waktu untuk sekedar mengucapkan satu suku kata. Karena, Bejo konsisten nyerocosnya, maka ia berhasil memaksaku untuk menjadi pendengar setia. Dari apa yang disampaikan Bejo, yang aku tangkap adalah omongan tentang konsisten yang sangat sulit ku mengerti, apalagi ku jalani. Wong, aku memang tidak paham Bejo ngomong apa. Tapi, bagiku, sudahlah... yang penting aku dapat kopi secangkir gratis sore itu.

Bungo, 22 September 2016