Aku berdiri dititian kekosongan.
Ku tatap diri penuh kehampaan.
Tak jua ada cinta yang tertuang
mengisi segenap ruang,
hati yang merana disudut kesunyian.

Kemarau panjang mengeringkan dedaunan.
Bahkan, dedaunan itu gugur ke bumi.
Hati yang terlampau lama dalam kehampaan
tak akan kuasa menanggung beratnya beban sunyi.

Tawaku adalah pura-pura.
Senyumku adalah sandiwara.
Keduanya hanyalah topeng belaka
menutupi kerapuhan jiwa.

Aku langkahkan kaki menapaki hari-hari
dibawah teriknya panas sang mentari
dengan jiwa sepi...
Tak tahu kemana aku harus pergi.

Samudera luas ku arungi
Tapi, aku tak tahu dimana
ku labuhkan kapal ini..

Adakah itu diujung dunia?.
Atau bahkan diufuk senja?.

Baca juga :


Oh... hatiku yang hampa..
Engkau harus terus berkelana
Sehingga, saatnya tiba...
datang seseorang yang mengisi kekosongan jiwa.

Entah itu kamu atau dia?.
Entah itu salah satu diantara mereka?.
Entah... itu gadis dari mana?.
Entah... itu... siapa?.
Ku pasrahkan semua
pada Sang Maha Cinta.

Telah ku siapkan sungai-sungai
darinya, air terus menerus mengalir kasih sayang.
Tanpa henti, tetap abadi.
Jernih, bening dan tak pernah lekang.

Oh... diriku yang sepi.
Oh... hatiku yang sunyi.
Aku kan sabar menanti
datangnya cinta suci.

Bungo, 15 Desember 2017