"Tadi malam sampeyan nonton debat ndak, Lek Jo", tanya Gitok, pemuda pengangguran yang suka nongkrong di warung kopi.

Agak sinis Bejo menjawab, " Gak penting...!!!".

"Ya penting ta Lek, dari debat itu kita bisa menentukan pilihan calon mana yang nanti kita pilih. Kita bisa menilai kecerdasan, kepaiwaian dan kemampuan para calon yang bisa memimpin negeri ini", sembari mengunyah pisang goreng Gitok terus nyerocos.

" Gak penting...!!!", Bejo kembali menjawab.

"Penting, bahkan sangat penting kita menonton debat itu Lek. Dari situ kita bisa benar-benar melihat dengan mata kepala dan mendengar dengan telinga kita sendiri, siapa yang pantas kita pilih?, bukan memilih berdasarkan kabar hoax dan sekedar ikut-ikutan", setelah menanggapi Gitok minum segelas air putih untuk meredakan dadanya yang agak emosi.

" Gak penting...!!!", Bejo agak memalingkan muka.

Brak...!!! agak keras Gitok meletakkan gelas yang masih setengah isi air putihnya. " Ini sangat... sangat.. sangat... penting Lek, sebab siapa nanti yang jadi, dialah nanti yang menahkodai kemana arah bangsa ini berlayar".

" Halah... gak penting".

" Penting, Lek".

" Gak penting...!!!", Bejo agak keras bersuara.

" Penting dan sangat penting, Lek", Gitok tak kalah berbicara dengan nada tinggi.

" Gak penting...!!!", Suara Bejo tambah meledak dan menggema keseluruh sudut warung kopi. Orang-orang yang sedang ngopi kaget dan langsung menatap ke arah meja Gitok dan Bejo.

" Lha, terus?, yang penting itu apa Lek?", Gitok mulai menyerah mendebat Bejo.

"Yang penting itu urus dirimu sendiri dulu, jangan ngurusi urusan orang lain, jikalau urusanmu sendiri belum beres. Sebagai anak muda jangan malas-malasan, menghabiskan waktu setiap hari hanya di warung kopi. Bekerja dan berkaryalah, itu baru hebat  dan itu yang paling penting", agak kesal Bejo berkata.

Gitok yang setiap harinya hanya nongkrong di warung kopi dan pengangguran diam saja. Sesekali Gitok dengan berat menelan air ludahnya.

" Toh, hasil dari perdebatan itu hanya menimbulkan kelucuan-kelucuan yang begitu miris. Kalau enggak melahirkan caci maki, merasa paling benar, merasa jagoaannyalah yang menang. Didunia maya pun saling menghina antara satu dengan yang lainnya. Itukah yang kamu anggap penting itu?", Bejo menambahi penjelasannya mengapa debat itu dianggapnya enggak penting.

Wajah Gitok terlihat malu dan menunduk. "  Pemuda seperti kamu semestinya tidak perlu dan gak penting-penting amat mengomentari dan membully hal-hal yang sifatnya memang gak penting. Salurkan tenaga dan waktu mudamu untuk hal-hal yang positif. Baik dalam berkarya dan bekerja, bukan malah mengomentari debat didalam warung kopi, itu contoh kongkritnya", Bejo tersenyum melihat Gitok yang tersipu-sipu malu.

" Hasil debat ini bukan hanya menghasilkan lawak-lawak baru yang pandai melucu seperti kamu. Pun, kelucuan ini ditambah lagi oleh media-media mainstrem yang melakukan polling. Dimana hasil pollingnya adalah kelucuan, sebab hasil dari polling menunjukan hasil yang berbeda-beda. Meskipun begitu, mereka mengklaim bahwa polling merekalah yang benar. Oh... alangkah lucunya negeriku ini yang ternyata dipenuhi oleh orang-orang lucu", ucap Bejo.

" Sudah, kamu tak perlu memusingkan hal-hal yang gak penting itu. Penting dari yang penting adalah mengurus dirimu sendiri, bekerja dan berkarya", Bejo setelah berbicara seperti itu, kemudian beranjak pulang meninggalkan Gitok penuh rasa dengan malu di sudut meja warung kopi.

Bungo, 20 Januari 2019