Engkau mengusirku pergi,
Sangka ku benar terjadi.

Tak apa..
Biarlah beban luka ini ku tanggung sendiri.
Biarlah cinta ini cukup sebagai rahasia hati.

Tak apa..
Aku rela menjadi seorang yang terbuang,
demi bahagiamu bersama orang yang kau sayang.

Asal kau tahu,
Aku jauh bukan sebab membencimu.
Hanya aku tak bisa,
Memperjuangkan hati,
Yang telah jatuh hati,
Pada hati yang lain.

Asal kau tahu,
Aku meninggalkanmu demi bahagiamu.
Walau, aku sendiri tersiksa,
Oleh rasa...
Yang semakin menyayat luka.
Kenyataan sepahit ini harus bisa ku terima.

Kau pernah berkata,
Bahwa bahagiamu bukanlah aku.

Kau pernah bilang,
Cukup kita sebatas teman semata.

Sejak itu aku telah hancur lebur,
Semenjak itu aku sudah menjadi abu.

Perlahan-lahan aku mulai menghilang,
Menyadari diriku adalah orang yang terbuang.

Pelan-pelan rasaku padamu mulai terkubur,
Sudah hampir sembuh luka.

Tiba-tiba mengapa?
Setelah aku jauh,
dan lukaku mulai sembuh.

Kau datang padaku sebagai orang yang terluka,
Seolah-olah akulah yang menggoreskan lara.

Kau memintaku untuk pergi...
seakan karnaku hidupmu terbebani.

Tak perlu kau pinta,
Aku sudah terbuang,
Saat-saat pertama,
Kau bilang,
Bukan aku yang kau sayang.

Tak perlu kau khawatir,
Aku sudah terusir,
Sejak kau tersihir,
Sesosok yang kau anggap lebih mahir,
Buatmu bahagia secara batin dan lahir.

Tak apa...
Aku rela...
Terusir
Terbuang
Tak apa...
Aku rela...

Kau hapus segala yang berkait paut tentang ku.
Hapus saja, semua tentang ku di memorimu.

Asal kau bisa bahagia..
Dengan seseorang yang kau damba.
Sementara...
Biarlah aku terbaring disini bersimbah luka.

Bungo, 10 Februari 2019