![]() |
Sumber photo : unsplash.com |
Hari Rabu, tanggal 13 Januari 2021 adalah hari bersejarah dari ikhtiar perjuangan panjang melawan Covid-19. Dimana Pimimpin negeri ini menjadi orang pertama yang divaksinasi. Hal itu menjadi contoh agar seluruh rakyat negeri ini tidak ragu untuk divaksinasi.
Mbah Saberang sebagai orang tua senang melihat kabar ini. Perjuangan panjang yang melelahkan akhirnya menemu titik terang. Siapa yang tidak rindu pada kebebasan?, setelah lama harus membatasi diri untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Ini bukan berarti setelah divaksinasi langsung bebas dan mengabaikan protokol kesehatan. Sekali lagi ini merupakan ikhtiar, semoga pandemi ini segera usai.
Namun, berbeda dengan Mbah Saberang, Bejo justru wajahnya tegang. Entah marah? atau takut mendengar kabar tentang vaksinasi ini?. Tatapan mata Bejo pun kosong. Mbah Saberang sedari tadi memanggil-manggilnya tidak di hiraukan.
Baca Juga :
"Jo, Beejjoo...!", panggil Mbah Saberang. Bejo tetap dengan wajah tegang dan pandangan kosong. Mbah Saberang tidak hanya memanggil-manggil nama Bejo, tapi beliau juga menepuk-nepuk dan menggoncang-goncang tubuhnya.
" Wo.. kesurupan tenan bocah iki", ucap Mbah Saberang dengan logat jawanya. Karena, dari tadi Bejo mematung, Mbah Saberang kebelakang dan membawa seember air, lalu diguyurkan, "Byyyurrr!!", keseluruh badan Bejo.
"Ngooopo ta iki, Mbah..!!!", teriak Bejo setengah marah lantaran basah kuyup.
" Sudah sadar ta?, sudah kehilang kesurupannya?", Mbah Saberang terkikih-kikih menahan tawa.
"Siapa yang kesurupan ta, Mbah ?. Malah guyu, Simbah ini", dengan jengkel Bejo menjawab.
" Tadi, aku panggil-panggil, ndak menyahut. Aku tepuk-tepuk badanmu, kamu diam aja. Apa salah kalau aku menyangka kesurupan. Makanya, aku bawakan air seember. Masih untung aku guyur air biasa, bukan aku mandiin pakai bunga tujuh rupa", kata Mbah Saberang memberi penjelasan.
"Aku tegang dan mematung itu karena berita vaksinasi. Pokok'e aku, emmmmoh.. ikut-ikut vaksin seperti itu"
"Nah, kenapa ?", tanya Mbah Saberang heran.
" Begini", Bejo mulai menjelaskan alasannya. "Orang seperti kita ini mending duitnya buat beli beras daripada kita ikut vaksin", Beji memprotes.
" Wealah...ladalaaa... Kamu itu, Jo !. Ojo kudet nemen-nemen. Punya smartphone mbok ya diisi paket data'ne. Wong.. program pemerintah untuk vaksinasi ini yaitu gratis", sambil mengelus dada agar Mbah Saberang menahan emosi.
"Ooo... ngono ta?. Vaksin gratis?, koq tambah malah ragu aku ya..?, Apalagi vaksinnya di buat oleh china", begitu Bejo menanggapi.
Mbah Saberang dengan cepat pun menimpali, "Terus?, kenapa kalau yang buat China?, ada masalah denganmu?, emang kamu enggak suka sama produk buatan China ?".
" Iya, aku tidak suka dengan produk China", seloroh Bejo.
Mendengar jawaban itu, Mbah Saberang tersenyum, "Lha..., itu Handroidmu juga buatan China". Bejo malu dan tersenyum kecut, lalu memasukkan hape kedalam saku celana.
"Aku tetap kukuh, ogah divaksin, Mbah. Masalahnya apa benar vaksin itu sudah mendapatkan izin penggunaanya?, Bejo masih saja berkelit.
"Ya sudah, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaannya, hayooo.. apalagi alasanmu tidak mau di vaksinasi?", Mbah Saberang coba meyakinkan.
"Tetap aja Mbah, walaupun Bee...apa itu ?", Bejo mengingat-ingat.
" Bee..POM", sahut Mbah Saberang.
"Nah, itulah. Telah memberikan izin, sebagai orang yang agamais aku masih ragu, Mbah. Aku tidak tahu terbuat dari apa vaksin itu. Jangan-jangan dicampur zat-zat najis yang dilarang syar'i. Siapa yang bisa memastikan?. Bukankah berhati-hati itu lebih baik?", terus saja Bejo mengelak.
"Telat, Jo, Bejo !. Udah tidak update informasi, berpikir yang enggak-enggak lagi. Vaksin ini sudah dipastikan suci dan halal. Bahkan, pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) langsung berkunjung ke tempat vaksin ini dibuat. Gimana?, masih tidak mau di vaksinasi. Lebih baik cari informasi dulu daripada berpikir yang enggak-enggak", begitu Mbah Saberang mengingatkan.
"Iya, Mbaah.., tapiiii.., gini..", Bejo sepertinya masih ragu penjelasan Mbah Saberang.
" Opo maneh?, alasanmu tidak mau di vaksin. Masih ragu?. Ini demi keselamatan kita semua. Ini adalah ikhtiar kita bersama agar pandemi ini segera berakhir", agak marah Mbah Saberang berkata.
"Ojo nesu-nesu ta, Mbah. Gini lho, Mbah", ucap Bejo sambil memperbaiki tempat duduknya. " Gini, Mbah.. vaksin itu kan pakai jarum suntik, Mbah", kata Bejo melanjutkan.
"Ada apa lagi masalahmu dengan jarum suntik?. Tidak higeinis?. Jarumnya dibuat China, belum dapat izin BPOM atau belum dapat restu dari MUI ?. Terus saja cari alasan untuk menolak di vaksin", Mbah Saberang sudah benar - benar kehilangan kesabaran.
"Santai, Mbah. Enggak usah ngegas, Mbah. Sebenarnya aku bukanya menolak untuk di vaksinasi. Aku juga enggak mau terkena virus ini, naudzubillah.. Aku masih ingin menikmati indahnya dunia ciptaan Allah ini. Alasanku tidak mau di vaksin, kareena... karena, aku takut jarum suntik. Hi.. serem, kalau Pak Dokter atau Bu Dokter menyuntikku", Bejo merasa ngeri membayangkan hal itu terjadi.
" Lha, hemmm... kalau hanya gara-gara itu, kenapa alasanmu dari tadi ngalor ngidul", Mbah Saberang agak kesal.
"Kan, malu Mbah, sudah tua gini masih takut jarum suntik", begitu Bejo menanggapi.
" Sudah, jangan takut. Vaksinasi ini untuk keselamatan dan kebaikan kita semua. Wong, disuntik itu seperti digigit semut. Jadi, ngapain takut", Mbah Saberang kali ini agak jumawa diatas ketakutan Bejo.
Mendengar hal itu, langsung saja memastikan kembali perkataan Mbah Saberang, "Yang bener Mbah, cuma seperti digigit semut?".
"Bener, kayak digigit semut. Tapi yang gigit rajanya semut", jawab Mbah Saberang yang tertawa terbahak-bahak. Sedang, Bejo kesal dan wajahnya merengut.
Bungo, 16 Januari 2021
0 Comments
Post a Comment