Sungguh tak ada kata menyerah
Apalagi berkata pasrah

Ku pijak ego, ku buang gengsi
Berusaha menyatakan mimpi

Tak pernah ku temui
Seorang perempuan seperti ini
apa adanya tanpa ilusi...

Panjang kita berdua berdiskusi
dari malam ke pagi
dari hari ke hari

Bicara remeh temeh
Bicara penting, tak penting
Terkadang tertawa terkekeh
Kadang serius, sampai kepala pusing

Semua pernah berdua kita lalui
Obrolan kita... tak pernah usai





Saat perempuan lain di sosmed sibuk pamer-pamer
Kamu berkutat memperjuangkan kesetaraan gender

Saat perempuan lain tebar pesona
Kamu dan laptopmu sibuk menyusun essay dari kata perkata

Kala perempuan lain berebut pasangan
Kamu sibuk merebut hati dewan juri untuk memenangkan kejuaraan

Ketika perempuan lain menangis karena laki-laki
Kamu bersuara lantang menentang patriaki

Sungguh... jalan laku hidupmu berbeda
Sungguh... karena itu buat banyak orang terpesona

Semangatmu terus menyala, membara
Terlihat dari caramu berbicara

Sungguh... aku tidak punya daya
Mendebatmu meski hanya sepatah kata

Aku tahu kamu pemberani
Sebahaya apa pun kamu terjang
Setiap ada diskriminasi dan penindasan
Suara lantangmu bergema untuk melawan

Entah lewat tulisan-tulisan
Entah langsung turun ke jalan
Kamu lakukan

Bahkan, kamu tak takut kehilangan dirimu sendiri
Demi membela hak-hak kaum termarjinalisasi

Justru, akulah yang takut kehilanganmu
Sebab, tak ada lagi sosok yang setara sepertimu

Berbicara denganmu
Berdiskusi denganmu
Bahkan, bercanda denganmu
Setiap hari, setiap waktu
Membuka cakrawala
Menyinari ruang yang hampa gulita

Maka, aku cukupkan untuk berhenti mencari
Sebab, sosokmu telah memenuhi
Apa yang selama ini ku cari
Dan aku sadar, harus berbenah diri

Maka, biarlah perasaan ini perlahan merambat
Menjadi sebuah kekaguman

Maka, aku tak perlu lagi berkutat
Mencari perimbangan
Sebab, kamu adalah bentuk kesempurnaan
yang tak bisa dibanding-bandingkan

Bungo, 27 Oktober 2025