![]() |
Sumb Photo : unsplash.com |
"Baru dua tahun kemarin, adem ayem, eh.. sekarang ribut lagi pemilihan lurah. Pemilihan lurah masih juga lama lagi harinya, tapi hari ini sudah petantang-petenteng promosi kesana kemari", cerocos Bejo.
" Hus... ", lirih Mbah Saberang memberi peringatan. Dasar Bejo kalau sudah nyerocos, susah sekali berhenti. Bejo terus saja ngomong.
" Kenapa enggak sabar sebentar saja?, kan jadinya ribut lagi, ribut lagi. Emang harus jauh-jauh hari deklarasi nya?, harus banget sekarang?, apa takut dan khawatir di tinggal kereta?, kalau bagus dan berkwalitas pasti dicari dan tak perlu buru-buru promosi", Bejo menggerutu.
Mbah Saberang sedari tadi sudah berkali-kali bilang, "Hus... Hus...", tapi tidak juga didengarkan Bejo karena sibuk dengan pikirannya sendiri dan narasi-narasi yang mengendap dikepalanya, Bejo coba utarakan.
" Mbook ojo banter-banter suarane. Nanti dengar omonganmu sama mereka tambah ribut lagi, Jo... Padahal, Sampeyan inginnya hidup damai tanpa ada ribut-ribut lagi", Mbah Saberang berusaha menasehati Bejo.
"Malahan kamu sendiri yang nyari ribut. Masalah deklarasi duluan, itu hak mereka. Cara mereka berpikir dan caramu berpikir tentu berbeda. Kamu tidak bisa memaksa pikiran mereka sama dengan pikiranmu, begitu juga pikiran mereka tidak bisa mengikuti cara berpikirmu ", sedikit keras nada Mbah Saberang berbicara. Ini dilakukan sebagai penekan, bentuk ketegasan dan penjelasan kepada lawan bicara.
" Kata-katamu itu lho, Mbah. Terlalu njelimet, ruwet dan terkesan muter-muter. Langsung saja apa garis besarnya, Mbah", kata Bejo merespon.
"Seng njelimet iku pikiranmu, Jo.. ", ucap Mbah Saberang.
" Lha?, koq jadi pikiranku yang njelimet, Mbah? ", tanya Bejo keheranan, karena Bejo tidak merasa ada yang salah dari perkataannya.
Baca Juga :
" Ngene.... Sekarang sampeyan Jo", Bejo manggut-manggut mendengarkan penjelasan Mbah Saberang, "Berpikirlah sederhana saja, Berpikir simpel-simpel saja. Yang gampang-gampang saja. Siapa tahu?, deklarasi lurah yang kecepatan ini adalah cara mereka untuk mempromosikan calon lurah lebih awal dan supaya semua warga desanya bisa mengetahui. Bagi calon lurahnya sendiri bisa menampung lebih banyak lagi aspirasi-aspirasi warga kampung kita, Jo", penuh semangat dan berseri-seri wajah Mbah Saberang menanggapi komentar Bejo.
"Helleh... Mbelgedes. Lihat sekarang Mbah, warga disini sudah mulai terbelah. Saling kubu-kubuan. Kedua kubu sudah saling ribut, merasa jagoannya yang top markotop dan akhirnya bukan hanya saling sindir tapi sama-sama saling nyinyir", Ucap Bejo tidak setuju dengan tanggapan Mbah Saberang.
Bejo tetap saja tidak puas dengan tanggapan Mbah Saberang, " Sebenarnya tidak apa-apa deklarasi lebih cepat, namun waktunya kurang tepat, Mbah... Ini masalah keributan di stadion sepak bola saja belum selesai, banjir juga belum selesai, belum lagi masalah KDRT Mpok Limah dan kasus-kasus perselingkuhan lainnya belum selesai juga, kita warga desa sudah dibebani oleh hal-hal yang sebenarnya sepele. Belum lagi masalah rekayasa kasus pembunuhan petugas keamanan desa kemarin. Ribut satu belum selesai, muncul ribut satunya, yang ini belum usai, masalah yang ono ribut lagi. Ribut lagi, ribut lagi. Ribut, ribut lama-lama makin ruwet", Bejo geleng-geleng kepala sembari badannya disandarkan pada dinding gubuk bambu.
"Wes ta ra sah mikir ribut-ribut yang bikin ruwet. Seng penting, kae lho", Mbah Saberang menunjuk tanaman padi baru ditanam 2 minggu kemarin yang tak jauh dari gubuk bambu, " piye carane, padi itu tumbuh subur dan panennya melimpah. Gitu aja wes mesti ayem. Urip ampun tansah digawe susah", tutur Mbah Saberang menenangkan Bejo.
Namanya juga Bejo, selalu aja ada jawabannya saat diberikan nasehat, "Nah, justru saya mikirkan padi ini makanya kesal. Hal-hal yang besar karena sibuk ribut-ribut urusan itu akhirnya terabaikan. Nilai rupiah yang semakin melemah. Mitigasi krisis yang perlu segara diambil kebijaksanaannya agar terarah. Dunia sedang tidak baik-baik saja. Krisis ekonomi, pagan dan energi yang bisa memunculkan hantu resesi. Ingat Mbah, stabilitas keamanan dan stabilitas politik turut serta mempengaruhi. Ini kita malah ribut terus-terusan", hari ini tumben Bejo otaknya geser pikir Mbah Saberang sembari acuh tak acuh.
"Jika desa ini tidak bersiap, ya siap-siap saja terkena dampaknya. Bila, sudah muncul dampaknya, bagaimana nanti harga pupuk?, bagaimana stock nya pupuk?, harga-harga akan jauh melambung tinggi. Walaupun, panen padinya melimpah misalnya dan harganya juga melambung tinggi, tapi kalau tidak ada yang beli, ya sama aja. Ekonomi stagnan, daya beli masyarakat menurun karena penghasilan juga menurun. Kesiapan kita menghadapi resesi ini yang semestinya di ributkan dan persiapkan", Bejo masih menggebu-gebu menjelaskan perspektifnya sebagai mantan aktivis yang tak lagi muda.
"Lho... Mbah.. Mbah... Mbah... ", Bejo teriak saat menoleh ternyata Mbah Saberang sudah tidak ada. " Kacau aku bicara sendiri daritadi ternyata. Emang kelakuan Mbah Saberang. Mbah... tunggu Mbah, aku ikut... ", kata Bejo sambil berlari mengejar Mbah Saberang yang sudah jauh berjalan pulang.
Bungo, 06 Nov 2022
0 Comments
Post a Comment