Sungguh waktu begitu cepat berlalu.
Baru sebentar rasanya mengecap manisnya madu.
Belum puas menuntaskan hati yang penuh rindu.
Tahun esok?, bisakah kembali bertemu.
Belum puas menuntaskan hati yang penuh rindu.
Tahun esok?, bisakah kembali bertemu.
Oh, Ramadhan.. mengapa begitu cepat kau pergi?.
Kau awan yang teduhkan teriknya matahari.
Mengapa hanya sejenak kau melintas?
padahal belumlah hilang kulit tersengat rasa panas.
Kau awan yang teduhkan teriknya matahari.
Mengapa hanya sejenak kau melintas?
padahal belumlah hilang kulit tersengat rasa panas.
Aku masih ingin mendekapmu erat-erat.
Aku takut ini adalah pertemuan terakhir.
Esok?, entah? apakah masih bisa memelukmu hangat.
Aku takut ini adalah pertemuan terakhir.
Esok?, entah? apakah masih bisa memelukmu hangat.
Atau sudah berkalang tanah, dinisan namaku terukir.
Bagaimana jadinya aku?.
Kini syetan-syetan penggoda terbebas dari belenggu.
Sedang, aku masih belum mampu tundukkan nafsu.
Hitamku masih mengalahkan putihku.
Kini syetan-syetan penggoda terbebas dari belenggu.
Sedang, aku masih belum mampu tundukkan nafsu.
Hitamku masih mengalahkan putihku.
Oh, Ramadhan... mengapa kau cepat berlalu?.
Padahal, catatan amalku masih memerah.
Menghindar dari dunia yang menipu, aku tak mampu.
Terseret derasnya arus teknologi antahbrantah.
Padahal, catatan amalku masih memerah.
Menghindar dari dunia yang menipu, aku tak mampu.
Terseret derasnya arus teknologi antahbrantah.
Kembalilah, Ramadhan... kembali...
Jangan biarkan diriku sendiri.
Jangan biarkan diriku sendiri.
Kalau pun kau hanya bisa kembali setahun sekali.
Sampaikan umurku agar mampu menemui.
Sampaikan umurku agar mampu menemui.
Semoga hari raya
tak membuatku lupa
akan rinduku yang lapar dan dahaga,
menahan diri dari segala tipu daya.
tak membuatku lupa
akan rinduku yang lapar dan dahaga,
menahan diri dari segala tipu daya.
Bungo, 25 Juni 2017
0 Comments
Post a Comment