Apalah arti sebuah nama (doc. pribadi)


Apalah arti sebuah nama....

Kita sering mendengar hal itu. Istilah itu pun tak lagi asing nampaknya. Dan sudah tertanam benar di otak kita. Tertanam juga pada orang-orang tua dulu. Karena, dianggap tidak penting. Maka, orang tua dulu menamakan anaknya gampang dan tidak perlu pusing. Apalagi, memikirkan istilah nama anaknya keren-keren. Anak mereka dinamakan Senin, Seloso, Rebo sampai setu. Bahkan, nama pasaran juga ikut, ada kliwon, legi, pahing, pon dan wage.

Tapi, Mbah Kemen tidak setuju dengan istilah "apalah arti sebuah nama". Walaupun, namanya Kemen. Mungkin Mbah Kemen kurang puas dengan namanya yang cenderung dan bahkan tidak keren seperti nama anak-anak sekarang.

Bukan maksud menyalahkan orang tua yang dulu-dulu. Mbah Kemen menuturkan bahwa orang sekarang punya nama yang bisa dibilang keren, agamis dan intelektual. Kenyataan masih mending orang tua dulu. Kalau, orang sekarang justru malu-maluin.

Bagaimana tidak malu-maluin?. Namanya Sholeh, apa di benar-benar taat pada agamanya. Namanya Arif, tindakannya arifkah?. Namanya Albert, benar-benar cerdas apa tidak?. Masih mending Si Senin dan Setu yang rajin beribadah. Masih arif tindakan yang dilakukan Si Kliwon dan Pahing. Dan masih cerdas Pak Dhe Legi.

Mbah Kemen menganggap nama itu sangat berarti. Disitulah ringkasan kesimpulan harapan orang tua kita. Mungkin, karena kita sudah "kadung" -terlanjur- tertanam diotak kita dengan istilah "apalah arti sebuah nama", sehingga kita tidak malu dan risih. Meski melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nama kita sendiri. Kita merasa tidak terikat serta tidak perlu bertanggung jawab mengharumkan nama sendiri.

"Masa bodoh dengan nama". Itu yang mungkin terlintas dalam pikiran kita. Sekali lagi Mbah Kemen menegaskan pada saya nama itu sangat penting dan berarti. Meskipun namanya Seloso atau wage terus lantas tidak berlaku arif. Tidak demikian, Seloso ataupun wage juga punya tanggung jawab untuk menjaga dan mengharumkan namanya. Apalagi, si Arif.

Maka, saat nanti punya anak, beri nama yang bagus nan indah. Yang meringkas semua asa. Dan sebagai jawaban atas rasa gudah orang tua. Besok, jika anak telah mengerti beritahu alasan mengapa engkau memberikan nama tersebut. Serta, ceritakan, lalu uraikan alasan tersebut, agar anakmu pun tahu. Siapa tahu dengan begitu anakmu nanti bisa mengharumkan namanya dan nama orang tua. Siapa tahu dia juga mampu menjaga dan bertanggung jawab atas namanya. Begitulah, nasehat Mbah Kemen.

Mbah Kemen, Mbah Kemen, alangkah wanginya namamu. Namamu akan teringat selalu, karena kau berarti bagiku.

Bungo, 12 Januari 2015