Tujuh puluh satu tahun lalu proklamasi kemerdekaan bergema diseluruh pelosok Nusantara. Semua orang Indonesia pun bersuka cita. Menyambut haru bahagia. Setelah berabad lamanya mereka harus menanggung pahitnya terjajah. Menjalani hari dengan bayang-bayang todongan senjata api.

Kini, kemerdekaan Indonesia berumur tujuh puluh satu tahun. Seperti biasanya, acara-acara agustusan ada dimana-mana. Dari ibu kota hingga pelosok desa. Hal yang paling kentara diantara acara agustusan adalah upacara bendera.

Hal yang paling penting disetiap moment ini bukanlah hanya semata-mata digunakan untuk perayaan-perayaan, perlombaan-perlombaan dan bahkan upacara bendera. Sudah semestinya, moment ini harus menjadi pengingat bagi kita semua. Tidak hanya mengingat jasa para pahlawan, namun mengingat kembali apa yang mereka cita-citakan dan harapan-harapkan dari kemerdekaan.

Disetiap bulan agustus mungkin kita hanya mengingat jasa-jasa para pahlawan. Tetapi, kita semua lupa akan cita-cita mereka, mengapa mereka sampai berani bertaruh nyawa. Mengorbankan segala-galanya. Kita dan terutama pemangku kuasa sering lupa, meski founding father kita telah gamblang meletakkan dasar dari cita-cita mereka pada bangsa ini.

Kita memang generasi pelupa. Mengapa kita disebut sebagai generasi pelupa?. Nyatanya, sudah tujuh puluh satu tahun bangsa ini merdeka masih banyak orang-orang dinegeri ini yang nasibnya jauh dari kata baik dan layak. Ini pun diperparah dengan perilaku koruptif yang terus ada dan tidak ada habisnya diberantas.

Kita sebagai generasi penerus pun mudah larut dalam hingar bingar. Lebih senang budaya-budaya orang lain dibandingkan budaya sendiri. Bukan itu saja, prilaku-prilaku arogan masih sering ditemui. Tawuran antar warga, tawuran antar siswa adalah bukti kurang bersyukurnya atas kemerdekaan negeri ini. Selain itu, intoleransi pun masih saja terjadi dipelosok negeri. Life style generasi bangsa dari hari ke hari pun lebih senang hura-hura. Mulai dari mabuk-mabukan hingga narkoba. Itu semua terjadi karena kita lupa akan alasan mengapa para pahlawan terdahulu merebut kemerdekaan. Kita sudah sangat terlena.

Jika, saja kita bukan generasi pelupa. Mungkin, waktu tujuh puluh satu tahun bisa membayar cita-cita dan harapan dari para pahlawan yang berkorban nyawa. Tidak akan mungkin pula cita-cita dan harapan mereka hanya berada diruang kosong, tak tersentuh. Tentu, pemangku kekuasaan dan rakyatnya bersama bergotong royong membangun bangsa ini lebih baik sesuai yang founding father citakan.

Dibulan agustus ini semestinya semuanya melek mata, moment ini bukan hanya sebagai ajang peringatan. Namun, menjadikan moment ini untuk merenungkan cita-cita dan harapan pendiri bangsa. Dan setelah itu merealisasikannya seutuhnya.

Semoga saja kita tidak benar-benar menjadi generasi pelupa. Terutama pemangku kekuasaan tidak lupa pada kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan untuk rakyat dibumi Nusantara. Semoga pemangku kekuasaan lebih keras lagi bekerja, agar pada saat bulan agustus selanjutnya cita-cita dan harapan para pahlawan tertunaikan.

Semoga, apa yang menjadi jargon penguasa negeri sekarang ini benar kerja, kerja, kerja. Dan kita sebagai rakyat pun memiliki semangat "Ayo...!!!, kerja". Tidak bermalas-malasan, karena merasa sudah tidak hidup diera penjajahan. Sehingga, diperingatan hari kemerdekaan ditahun-tahun mendatang tidak ada lagi kesenjangan, namun yang ada kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan yang telah merata diseluruh pelosok Nusantara. Semoga.

Bungo, 11 Agustus 2016

A. Marsudi