Sumber photo : internet


"Nasi pecelnya satu, bu", pinta Bejo kepada Bu Sugi sang pemilik warung.

"Ya, pakai lauknya apa?, ayam goreng, telur ceplok atau telur dadar", ujar Bu Sugi.

"Wes...pakai tahu tempe aja, bu"

"Lha emang enggak bosen apa kamu, Jo, Bejo. Tiap hari lauknya tahu...tempe...tahu..tempe", celetuk Bu Sugi.

"Enggaklah bu, malah setiap hari belum ketemu tahu tempe rasanya masih ada yang kurang. Apalagi nasi pecel tanpa ada tempe atau tahunya ya...kurang afdhol", Bejo menjelaskannya alasanya pada Bu Sugi.

"Iya, tapi, sekali-kali pakai telor dadar atau ayam goreng, untuk perbaikan gizimu. Tuh lihat badanmu kurus kering kayak ranting", begitu Bu Sugi menimpali Bejo sembari memberikan nasi pecel lengkap tahu tempe seperti yang dipesan Bejo.


Namanya juga Bejo, dia enggak mau kalah mendengar jawaban Bu Sugi. "Justru, tahu tempe ini yang banyak gizinya ta, Bu daripada ayam goreng dan telur", ucap Bejo sambil menyantap sarapan paginya.

"Halah, ya kayak gitu, tu...Bu Sugi. Kelakuan Bejo. Daasarrr, kamu Bejo. Selalu aja enggak mau mengalah", begitu Sudrun berkomentar.

"Ini bukan masalah menang atau kalah, Ndrun...Tapi, kenyataannya seperti itu. Pokoknya tahu tempe itu lauk paling bergizi, best of the best dan tentu saja bagiku tahu tempe itu istimewa", Bejo menjelaskan alasannya memilih tahu tempe.

"Bilang aja enggak punya duit, Jo..", Sudrun meledek.

Mendengar ledekan itu Bejo tetap saja santai-santai melahap nasi pecel dengan lauk tahu tempenya. Bejo begitu menikmati makanan itu. Selesai makan dan sesudah minum teh hangat, Bejo meladeni ledekan Sudrun.

"Sini aku jelaskan Ndrun, Sudrun..Kenapa memilih tahu tempe?. Sebagai bagian dari masyarakat yang hidup di negeri tahu tempe, aku harus bangga dong. Tahu tempe adalah ciri khas negeri ini. Kalau tidak kita yang memakan tahu tempe, justru lebih suka makan-makanan ala-ala Eropa dan Korea-korea, lama-lama tahu tempe bisa hilang dan anak cucu kita tidak tahu bagaimana lezatnya tahu tempe berpadu sambel kacang. Apa mau itu terjadi?", panjang lebar Bejo menjelaskan.


" Lagi pula tahu tempe ini istimewa karena dibuat oleh tangan-tangan wong cilik. Jadi, kita ikut membantu perekonomian mereka. Jangan malah menuduhku enggak punya duit. Ini adalah cara bersedekah dengan cara lain", begitu Bejo mengomel.

Bejo yang sudah sarapan sepertinya masih belum bisa berhenti untuk tidak bicara. Bejo terus saja nyerocos dan mengomeli Sudrun. "Kalau kalian mengira makanan tahu tempe ini tidak bergizi, kalian salah. Sangat salah. Berarti kalian sudah tidak lagi PeDe pada makanan khas negeri sendiri, ya siap-siap saja negeri tahu tempe ini tinggal cerita atau malah hanya menjadi dongeng saja", lanjut Bejo menjelaskan.

"Tahu tempe sudah semestinya menjadi best of the best di hati warga Negeri tahu tempe ini. Jangan sampai makanan tahu tempe kita tersingkirkan makanan-makanan negeri lain. Tahu tempe harus tetap menjadi tuan rumah dinegeri ini", penuh semangat Bejo menjelaskan, sedang Sudrun hanya terdiam sesekali menyulut rokok lantas menyeruput kopi dan hanya pasrah mendengar ceramah panjang Bejo.

" Benar, Jo.. tapi, sayang tahu tempe yang kamu makan itu sudah ke-Eropa-eropan plus ke-China-chinaan. Karena, kedalainya yang dibuat tahu tempe itu impor dari Amrik dan Chainis. Piye?, harga kedelainya pun sekarang mahal, jika sudah begini bisa-bisa para pembuat tahu tempe gulung tikar. Sebab, modal mereka bertambah besar, mau enggak mau harga tahu dan tempe harus dinaikkan. Di negeri tahu tempe ini yang punya daratan luas, nyata urusan kedelai saja tidak mampu berdikari", kata Mbah Saberang yang sedari tadi diam mendengar omelan Bejo kepada Sudrun. Sudrun sendiri terkekeh-kekeh Bejo gantian diceramahi Mbah Saberang.

Mbah Saberang masih melanjutkan kuliah umumnya pada Bejo, "Pertanyaannya kemana para petani kita?, kenapa para petani tidak menanam kedelai?, bukankah di negeri tahu tempe ini kebutuhan kedelainya sangat besar?. Semestinya mereka menanam kedelai sehingga tak perlu lagi impor. Namun kenyataannya mereka enggan menanam kedelai, sebab hasilnya kurang menguntungkan, jadi lebih baik mereka menanam yang lain. Jika, mereka paksakan menanam kedelai nanti saat panen juga harga jualnya harus bersaing juga dengan kedalai impor. Malah bisa-bisa tekor. Semua itu tergantung seluruh para pemilik kewenangan dan pejabat negeri tahu tempe ini. Mau berdikari soal kedelai ini, atau bahkan bisa mengekspornya atau ingin solusi yang instan saja yaitu impor kedelai?. Ah... semua tergantung mereka pemilik kebijakan yang menentukan kemana arah negeri tahu tempe ini berlayar". Kali ini Mbah Saberang benar-benar menguliahi Bejo. Bejo hanya diam dan Sudrun semakin sakit perut menahan tawa.

Bejo yang agak kesal lantas memanggil Bu Sugi untuk membayar nasi pecelnya. "Berapa Bu semuanya", tanya Bejo. 

"Nasi pecel tambah tempe dua dan tahu dua, jadi semuanya lima ribu", ucap Bu Sugi.

"Biasanya cuma tiga ribu lima ratus bu", protes Bejo.

" Savage!, double kill !", teriak Sudrun meledek yang gemes dengan kelakuan Bejo.

"Itu biasanya, sekarang harga kedelai naik, jadi tahu tempe yang kamu makan ikut naik", Bu Sugi menjawab.

" Ya u..dah, bu. Seribu lima ratusnya dicatat dulu besok saya bayar ", Bejo berbisik kepada Bu Sugi karena malu takut ketempean, eh.. ketahuan sama Sudrun dan Mbah Saberang.

Bungo, 12 Januari 2021